Jumat, 26 Juni 2015

Mastery Learning dan Multiple Intelegensi.


PEMBAHASAN

MASTERY LEARNING
A.    Pengertian Mastery Learning (Strategi Belajar Tuntas)

Belajar tuntas (Mastery Learning) adalah pendekatan pembelajaran berdasar pandangan filosofis bahwa seluruh peserta didik dapat belajar jika mereka mendapat dukungan kondisi yang tepat. Konsep belajar tuntas adalah proses belajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya cara menguasai materi secara penuh. Belajar tuntas ini merupakan strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok. Dengan sistem belajar tuntas diharapkan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan agar tujuan instruksional yang akan dicapai dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar lebih efektif dan efisien.

Tolok ukur yang digunakan pada pencapaian hasil belajar dengan pendekatan tersebut adalah tingkat kemampuan siswa per individu, bukan per kelas. Dengan demikian, siswa yang memiliki tingkat kecerdasan atau penguasaan pengetahuan dan keterampilan diatas rata-rata kelas, siswa yang bersangkutan berhak memperoleh pengayaan materi atau melanjutkan ke unit kompetensi selanjutnya, sebaliknya apabila siswa tersebut belum mampu mencapai standar kompetensi yang diharapkan maka siswa tersebut harus mengikuti program perbaikan (remedial) materi. Dalam pelaksanaannya peserta didik memulai belajar dari topik yang sama dan pada waktu yang sama pula. Perlakuan awal belajar terhadap siswa juga sama. Siswa yang tidak dapat menguasai seluruh materi pada topik yang dipelajarinya mendapat pelajaran tambahan sehingga mencapai hasil yang sama dengan kelompoknya. Siswa yang telah tuntas mendapat pengayaan sehingga mereka pun memulai mempelajari topik baru bersama-sama dengan kelompoknya dalam kelas. Pendekatan dalam proses belajar-mengajar adalah menyertai siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dalam rangka membantu memahami, melaksanakan dan menyimpulkan dari materi yang diberikan guru sehingga siswa merasa terbimbing, terarah sesuai tujuan pembelajaran yang dikehendaki dalam suasana yang bebas dari ketertekanan dan menyenangkan.

Teknik pendekatan yang dipilih adalah salah satu cara guru melakukan inovasi dan terobosan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Kegiatan pendekatan terhadap siswa dalam penelitian tindakan kelas ini diwujudkan dalam partisipasi siswa dan guru dalam menghadapi tugas-tugas siswa. Partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan mental dan emosi serta fisik anggota dalam memberikan inisiatif terhadap kegiatan yang dilancarkan oleh organisasi serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya.
Pendekatan belajar tuntas (mastery learning) dapat dilaksanakan dan mempunyai efek meningkatkan motivasi belajar intrinsik. Pendekatan ini mengakui dan mengakomodasi semua siswa yang mempunyai berbagai tingkat kemampuan, minat, dan bakat tadi asal diberikan kondisi-kondisi belajar yang sesuai.


B.     Ciri-ciri Pembelajaran Tuntas

Menurut Ahmadi, Abu, dkk. (2005) ada beberapa ciri belajar tuntas (mastery learning), yaitu :
1.      Siswa dapat belajar dengan baik dalam kondisi pengajaran yang tepat sesuai dengan harapan  pengajar.
2.      Bakat seorang siswa dalam bidang pengajaran dapat diramalkan, baik tingkatannya maupun waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari bahan tersebut. Bakat berfungsi sebagai indeks tingkatan belajar siswa dan sebagai suatu ukuran satuan waktu.
3.      Tingkat hasil belajar bergantung pada waktu yang digunakan secara nyata oleh siswa untuk mempelajari sesuatu dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya
4.      Tingkat belajar sama dengan ketentuan, kesempatan belajar bakat, kualitas pengajaran, dan kemampuan memahami pelajaran.
5.      Setiap siswa memperoleh kesempatan belajar yang berdiferensiasi dan kualitas pengajaran yang berdiferensiasi pula.


C.    Prinsip-prinsip Pembelajaran Tuntas

Para pengembang konsep belajar tuntas mendasarkan pengembangan pengajarannya pada prinsip-prinsip sebagai berikut (Sukmadinata, Nana Syaodih, 2005) :
1.      Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat menguasai sebagian terbesar bahan yang diajarkan. Tugas guru untuk merancang pengajarannya sedemikian rupa sehingga sebagian besar siswa dapat menguasai hampir seluruh bahan ajaran.
2.      Guru menyusun strategi pengajaran tuntas mulai dengan merumuskan tujuan-tujuan  khusus yang hendak dikuasai oleh siswa.
3.      Sesuai dengan tujuan-tujuan khusus tersebut guru merinci bahan ajar menjadi satua- satuan bahan ajaran yang kecil yang medukung pencapaian sekelompok tujuan tersebut.
4.      Selain disediakan bahan ajaran untuk kegiatan belajar utama, juga disusun bahan ajaran    untuk kegiatan perbaikan dan pengayaan. Konsep belajar tuntas sangat menekankan pentingnya peranan umpan balik.
5.      Penilaian  hasil  belajar  tidak  menggunakan   acuan   norma,   tetapi   menggunakan   acua patokan.
6.      Konsep belajar tuntas juga memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individual.
Prinsip ini direalisasikan dengan memberikan keleluasaan waktu, yaitu siswa yang pandai atau cepat belajar bisa maju lebih dahulu pada satuan pelajaran berikutnya, sedang siswa yang lambat dapat menggunakan waktu lebih banyak atau lama sampai menguasai secara tuntas bahan yang diberikan.



D.    Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tuntas

1.      Kelebihan Pembelajaran Tuntas
      Menurut Mariana, Alit Made, (2003:21), menyatakan tiga hal kelebihan pembelajaran tuntas, yaitu:
a.       Pembelajaran tuntas lebih efektif daripada pembelajaran yang tidak menganut paham pembelajaran tuntas. Keunggulan pembelajaran tuntas termasuk juga pencapaian siswa dan retensi (daya tahan konsep yang dipelajari) lebih tahan lama.
b.      Efisiensi belajar siswa secara keseluruhan lebih tinggi pada pembelajaran tuntas daripada pembelajaran yang tidak menerapkan pembelajaran tuntas. Siswa yang tergolong lambat menguasai standar kompetensi secara tuntas dapat belajar hampir sama dengan siswa yang mempunyai kemampuan lebih tinggi.
c.       Sikap yang ditimbulkan akibat siswa mengikuti pembelajaran tuntas positif, dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak menganut faham pembelajaran tuntas. Adanya sikap positif dan rasa keingintahuan yang besar terhadap suatu materi subyek yang dipelajarinya.

2.      Kelemahan Pembelajaran Tuntas
Menurut Mariana, Alit Made, (2003:24) juga menyatakan tentang kelemahan belajar tuntas diantaranya adalah :
a)      Guru-guru yang sudah terlanjur menggunakan teknik lama sulit beradaptasi.
b)      Memerlukan berbagai fasilitas, dan dana yang cukup besar. Menuntut para guru untuk  lebih menguasai materi lebih luas lagi dari standar yang ditetapkan.
c)      Diberlakukannya sistem ujian (UAS dan UAN) yang menuntut penyelenggaraan program bidang studi pada waktu yang telah ditetapkan dan usaha persiapan siswa untuk menempuh ujian. Dalam pelaksanaan konsep belajar tuntas apabila kelas itu belum biasa menggunakan strategi belajar tuntas, maka guru terlebih dahulu memperkenalkan prosedur belajar tuntas kepada siswa dengan maksud memberikan motivasi, menumbuhkan kepercayaan diri, dan memberikan petunjuk awal.



MULTIPLE INTELEGENSI

A.    Pengertian Multiple Intelegensi

Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan untuk melakukan abstraksi, serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru.

Kecerdasan (Inteligensi) secara umum dipahami pada dua tingkat yakni : kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, orang yang lebih cerdas, akan mampu memilih strategi pencapaian sasaran yang lebih baik dari orang yang kurang cerdas. Artinya orang yang cerdas mestinya lebih sukses dari orang yang kurang cerdas. Yang sering membingungkan ialah kenyataan adanya orang yang kelihatan tidak cerdas (sedikitnya di sekolah) kemudian tampil sukses, bahkan lebih sukses dari dari rekan-rekannya yang lebih cerdas, dan sebaliknya.

Kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif yang dimiliki seseorang disebut dengan kecerdasan. Howard Garder mendefinisikan kecerdasan sebagai :
1.      Kemampuan memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan nyata.
2.      Kemampuan melahirkan masalah baru untuk dipecahkan.
3.      Kemampuan menyiapkan atau menawarkan suatu layanan yang bermakna dalam kehidupan kultur tertentu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang tidak akan semuanya sama dengan kemampuan-kemampuan yang dimiliki orang lain, karena kemampuan banyak jenisnya (beranekaragam), dan keanekaragaman dari kemampuan-kemampuan itu disebut dengan kecerdasan majemuk (multiple intelegensi).


B.     Macam-Macam Multiple Intelegensi

Kecerdasan majemuk yang merupakan keanekaragaman kemampuan adalah modalitas untuk melejitkan kemampuan setiap siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada dasarnya setiap anak cerdas. Menurut Gardner kecerdasan atau intelegensi ada 10 macam yaitu:

1.      Kecerdasan linguistic ( Linguistik intelligence )
Kecerdasan linguistic Adalah kemampuan untuk berfikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekpresikan dan menghargai makna yang komplek, yang meliputi kemampuan membaca, mendengar, menulis, dan berbicara.

2.      Intelegensi logis-matematis ( Logical matematich)
Intelegensi logis-matematis Adalah kemampuan dalam menghitung, mengukur dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis serta menyelesaikan operasi-operasi matematika,

3.      Intelegensi Musik ( Musical intelegence )
Intelegensi musik adalah kecerdasan seseorang yang berhubungan dengan sensitivitas pada pola titik nada, melodi, ritme, dan nada. Musik adalah bahasa pendengaran yang menggunakan tiga komponen dasar yaitu intonasi suara, irama dan warna nada yang memakai system symbol yang unik.

4.      Intelegensi kinestetik.
Kinestetik adalah belajar melalui tindakan dan pengalaman melalui panca indera. Intelegensi kinestetik adalah kemampuan untuk menyatukan tubuh atau pikiran untuk menyempurnakan pementasan fisik. Dalam kehidupan sehari-hari dapat diamati pada actor,atlet atau penari, penemu, tukang emas, mekanik.

5.      Intelegensi Visual-Spasial
Intelegensi visual-spasial merupakan kemampuan yang memungkinkan memvisualisasikan infoomasi dan mensintesis data-data dan konsep-konsep ke dalam metavor visual.

6.      Intelegensi Interpersonal
Intelegensi interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi dengan orang lain dilihat dari perbedaan, temperamen, motivasi, dan kemampuan.

7.      Intelegensi Intrapersonal
Intelegensi Intrapersonal adalah kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dari keinginan, tujuan dan system emosional yang muncul secara nyata pada pekerjaannya.

8.      Intelegensi Naturalis
Intelegensi Naturalis adalah kemampuan untuk mengenal flora dan fauna melakukan pemilahan-pemilahan utuh dalam dunia kealaman dan menggunakan kemampuan ini secara produktif misalnya untuk berburu, bertani, atau melakukan penelitian biologi.

9.      Intelagensi Emosional
Intelagensi Emosional  adalah yang dapat membuat orang bisa mengingat, memperhatikan, belajar dan membuat keputusan yang jernih tanpa keterlibatan emosi. Jadi intelegensi emosional disini berkaitan dengan sikap motivasi, kegigihan, dan harga diri yang akan mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan siswa.

10.  Intelegensi Spiritual
Intelegensi Spiritual adalah kemampuan yang berhubungan dengan pengakuan adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya.

Kemampuan-kemampuan yang termasuk dalam sepuluh aspek kecerdasan majemuk (multiple intelegensi) yang dimiliki masing-masing orang tersebut diatas merupakan potensi intelektual seseorang untuk dapat mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu proses pengembangan kognitif, psikomor, dan afektif ketika seseorang berada pada lingkungan. Menurut Depdiknas (2004) pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru pada saat seseorang berintegrasi dengan informasi dan lingkungan.




C.    Ciri-Ciri Multiple Intelegensi

1.      Kecerdasan Linguistik, umumnya memiliki ciri antara lain
(a)    suka menulis kreatif
(b)   suka mengarang kisah khayal atau menceritakan lelucon
(c)    sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal kecil
(d)   membaca di waktu senggang
(e)    mengeja kata dengan tepat dan mudah
(f)    suka mengisi teka-teki silang
(g)   menikmati dengan cara mendengarkan
(h)   unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi)
.
2.      Kecerdasan Matematika-Logis, cirinya antara lain:
(a)    menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala
(b)   suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis, misalnya mengapa hujan turun?
(c)     ahli dalam permainan catur, halma dsb
(d)   mampu menjelaskan masalah secara logis
(e)    suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu
(f)    menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki, berprestasi dalam Matematika dan IPA.

3.      Kecerdasan Spasial dicirikan antara lain:
(a)    memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu
(b)   mudah membaca peta atau diagram
(c)    menggambar sosok orang atau benda persis aslinya
(d)   senang melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya
(e)    sangat menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya
(f)    suka melamun dan berfantasi
(g)   mencoret-coret di atas kertas atau buku tugas sekolah
(h)   lebih memahamai informasi lewat gambar daripada kata-kata atau uraian
(i)     menonjol dalam mata pelajaran seni.

4.      Kecerdasan Kinestetik-Jasmani, memiliki ciri:
(a)    banyak bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu
(b)   aktif dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking atau skateboard
(c)    perlu menyentuh sesuatu yang sedang dipelajarinya
(d)   menikmati kegiatan melompat, lari, gulat atau kegiatan fisik lainnya
(e)    memperlihatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan seperti mengukir, menjahit, memahat
(f)    pandai menirukan gerakan, kebiasaan atau prilaku orang lain
(g)   bereaksi secara fisik terhadap jawaban masalah yang dihadapinya
(h)   suka membongkar berbagai benda kemudian menyusunnya lagi
(i)     berprestasi dalam mata pelajaran olahraga dan yang bersifat kompetitif.



5.      Kecerdasan Musikal memiliki ciri antara lain:
(a)    suka memainkan alat musik di rumah atau di sekolah
(b)   mudah mengingat melodi suatu lagu
(c)    lebih bisa belajar dengan iringan musik
(d)   bernyanyi atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain
(e)    mudah mengikuti irama musik
(f)    mempunyai suara bagus untuk bernyanyi
(g)   berprestasi bagus dalam mata pelajaran musik.

6.      Kecerdasan Interpersonal memiliki ciri antara lain:
(a)    mempunyai banyak teman
(b)   suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya
(c)    banyak terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah
(d)   berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik antartemannya
(e)    berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain
(f)    sangat menikmati pekerjaan mengajari orang lain
(g)   berbakat menjadi pemimpin dan berperestasi dalam mata pelajaran ilmu sosial.

7.      Kecerdasan Intrapersonal memiliki ciri antara lain:
(a)    memperlihatkan sikap independen dan kemauan kuat
(b)   bekerja atau belajar dengan baik seorang diri
(c)    memiliki rasa percaya diri yang tinggi
(d)   banyak belajar dari kesalahan masa lalu
(e)    berpikir fokus dan terarah pada pencapaian tujuan
(f)    banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri.

8.      Kecerdasan Naturalis, memiliki ciri antara lain:
(a)    suka dan akrab pada berbagai hewan peliharaan
(b)   sangat menikmati berjalan-jalan di alam terbuka
(c)    suka berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang
(d)   menghabiskan waktu di dekat akuarium atau sistem kehidupan alam
(e)    suka membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam lainnya
(f)    berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan hidup.

Keunikan yang dikemukakan Gardner adalah, setiap kecerdasan dalam upaya mengelola informasi bekerja secara spasial dalam sistem otak manusia. Tetapi pada saat mengeluarkannya, ke delapan jenis kecerdasan itu bekerjasama untuk menghasilkan informasi sesuai yang dibutuhkan.




D.    Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi.

Intelegensi tiap individu cenderung berbeda-beda. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi antara lain sebagai berikut:

1.      Faktor Bawaan atau Keturunan.
Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, cukup pintar dan sangat pintar, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama. Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 - 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 - 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.

2.      Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas.
Faktor minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Intelegensi bekerja dalam situasi yang berlain-lainan tingkat kesukarannya. Sulit tidaknya mengatasi persoalan ditentukan pula oleh pembawaan.

3.      Faktor Pembentukan atau Lingkungan.
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya. Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti.
Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.

4.      Faktor Kematangan.
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat sekolah dasar, Karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.
Kecerdasan tidak tetap statis, tetapi cepat tumbuh dan berkembang. Tumbuh dan berkembangnya intelegensi sedikit banyak sejalan dengan perkembangan jasmani, umur dan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai (kematangannya).

5.      Faktor Kebebasan.
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.

Kelima faktor di atas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.


E.     Pengaruh Intelegensi Terhadap Keberhasilan Peserta Didik
Intelegensi seseorang diyakini sangat berpengaruh pada keberhasilan belajar yang dicapainya. Berdasarkan hasil penelitian, prestasi belajar biasanya berkolerasi searah dengan tingkat intelegensi. Artinya, semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang, maka semakin tinggi prestasi belajar yang dicapainya. Bahkan menurut sebagian besar ahli, intelegensi merupakan modal utama dalam belajar dan mencapai hasil yang optimal. Anak yang memiliki skor IQ dibawah 70 tidak mungkin dapat belajar dan mencapai hasil belajar seperti anak-anak dengan skor IQ normal, apalagi dengan anak-anak jenius.

Kenyataan menunjukkan bahwa setiap anak memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut tampak memberikan warna di dalam kelas. Selama menerima pelajaran yang diberikan guru, disampaikan oleh guru dan ada pula anak yang  lamban. Perbedaan individu dalam intelegensi ini perlu diketahui dan dipahami oleh guru, terutama dalam hubungannya dengan pengelompokkan siswa. Selain itu, guru harus menyesuaikan tujuan pembelajarannya dengan kapasitas intelegensi siswa. Perbedaan intelegensi yang dimiliki oleh siswa bukan berarti membuat guru harus memandang rendah pada siswa yang kurang, tetapi guru harus mengupayakan agar pembelajaran yang diberikan dapat membantu semua siswa, tentu saja dengan perlakuan metode yang beragam.

Selain itu, perbedaan tersebut juga tampak dari hasil belajar yang dicapai. Tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa bergantung pada tinggi rendahnya intelegensi yang dimiliki. Meski demikian, intelegensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Seperti telah dikemukakan bahwa banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhinya. Yang terpenting dalam hal ini adalah guru harus bijaksana dalam menyingkapi perbedaan tersebut.



F.     Program Pembelajaran yang Mengakomodasi Perkembangan Multiple Intelegensi

Untuk menerapkan teori multipel intelegensi dalam program pembelajaran diperlukan usaha yang serius dari guru. Guru harus membiasakan diri mengembangkan program pelajaran yang berorientasi pada siswa bukan pada materi atau dirinya sendiri. Tujuannya adalah untuk memudahkan guru dalam menentukan strategi pembelajaran yang tepat yang dapat mengembangkan intelegensi siswa secara maksimal. Mengingat multipel intelegensi belum memasyarakat, maka hal ini akan menjadi penghambat bagi guru untuk memasukkannya pada saat menyusun program pembelajaran.

Program pembelajaran pengertiannya lebih luas dari kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran terbatas pada aktivitas guru dan siswa di kelas saja, sedangkan pengertian program pembelajaran adalah menyeluruh mulai dari rencana pembelajaran, kegiatan pembelajaran sampai dengan produk hasil dari pengembangan program pembelajaran. Program pembelajaran berbentuk produk ini dapat berupa kegiatan pembelajaran langsung atau tatap muka, tetapi dapat juga berbentuk program video, audio, dan sebagainya.

Garner menjelaskan bahwa setiap intelegensi bekerja dalam sistem otak yang relatif otonom. Artinya setiap intelegensi mengelola informasi secara parsial, namun pada saat mengeluarkannya memproduksi kembali kedelapan intelegensi yang ada, intelegensi tersebut bekerja sama secara unik untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Di dekolah, guru adalah orang yang berkepentingan dalam mengembangkan program-program pembelajaran dikelasnya. Dalam mengembangkannya guru dimungkinkan untuk mengembangkan strategi embelajaran yang inovatif dan kreatif dalam dunia pendidikan, salah satunya adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis multipel intelegensi.

Menurut Amstrong dalam Robinson (2004), strategi pembelajaran berbasis multipel intelegensi ini merupakan suatu upaya mengoptimalkan berbagai intelegensi yang dimiliki setiap siswa untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut dalam kurikulum. Pada prakteknya strategi pembelajaran berbasis multipel intelegensi ini memacu kecerdasan yang menonjol pada diri siswa seoptimal mungkin, dan berupaya mempertahankan intelegensi lainnya pada standar minimal yang dituntut sekolah. Dengan kata lain, penerapan strategi multipel intelegensi dalam pengembangan program-program pembelajaran menguntungkan bagi siswa. Siswa akan berkembang sesuai dengan jati dirinya yang potensial pada salah satu atau lebih intelegensi yang dimilikinya.

Adapun langkah-langkah yang dapat digunakan dalam menerapkan strategi pembelajaran berbasis multipel intelegensi antara lain:

1.      Memberdayakan semua intelegensi yang dimiliki setiap siswa.
Memberdayakan semua intelegensi pada setiap mata pelajaran adalah ibarat meng-input melalui jalur ke dalam otak memori siswa. Contoh perhatikan TIK berikut: siswa dapat mempelajari proses fotosintesis melalui tujuh cara/intelegensi. Intelegensi yang mencakup TIK tersebut adalah intelegensi bahasa, logis-matematis, musik, kinestik, interpersonal dan intrapersonal. Dengan demikian, tingkat belajar siswa akan lebih tinggi dibanding jika siswa hanya membaca buku atau mendengar penjelasan dari guru saja.

2.      Mengoptimalkan pecapaian mata pelajaran tertentu berdasarkan intelegensi yang menonjol pada setiap siswa.
Langkah ini dapat diterapkan jika guru telah mengidentifikasi inteelegensi apa yang menonjol pada siswa-siswanya. Dengan demikian strategi pembelajaran yang dipilih lebih bersifat individual atau personal. Untuk siswa yang lebih menonjol intelegensi bahasanya, maka guru harus merancang program pembelajaran yang merangsang dan mengembangkan intelegensi siswa dalam kemampuan berbahas, dan seterusnya.

Pada kenyataannya, pengembangan program-program pembelajaran yang merupakan teori multipel intelegensi tidaklah mudah, terutama mencakup evaluasinya. Evaluasinya harus multi asesmen artinya penilaian harus bervariasi dan dapat memberikan banyak motivasi dan merupakan penilaian yang menarik. Untuk mewujudkan evaluasi yang multipel asesmen tidaklah mudah. Dalam pembelajaran berbasis multipel intelegensi penilaian membatasi atau bahkan mengurangi penggunaan skor tes sebagai penilaian tunggal. Penggunaan pola-pola penilaian alternatif sehingga semua unsur mendapat perhatian yang optimal, baik tentang hasil belajar siswa maupun tentang pengembangan intelegensi siswa.

Hambatan yang mungkin dialami guru pada saat pengembangan program pembelajaran yang menerapkan teori multipel intelegensi, antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Guru belum mempunyai wawasan yang cukup tentang multipel intelegensi.
2.      Guru butuh dukungan dari pimpinan sekolah atau pengelola sekolah untuk mengembangkan program-program pembelajaran yang berbasisi multipel intelegensi karena untuk persiapan pengembangan program pembelajaran memerlukan waktu lama serta bimbingan narasumber.
3.      Dukungan dari sekolah yang belum maksimal, dalam penyediaan sarana belajar seperti alat peraga atau media pembelajaran dan ruang belajar yang kondusif dan lain-lain tergantung kegiatan-kegiatan apa yang akan dilaksanakan serta sumber materi apa yang akan digunakan.












BAB III
ANALISIS DAN PERBEDAAN MASTERY LEARNING DAN MULTIPLE INTELIGENSI

Analisis Mastery Learning dan Mutiple Inteligensi
A.    Mastery Learning (Strategi Belajar Tuntas)
Dari pemamaparan di atas dapat di analisa bahwa model pembelajaran Mastery Learning adalah salah satu model pembelajaran yang bertujuan agar bahan ajar dikuasai secara tuntas oleh siswa. Secara umum istilah multiple intelligences adalah kecerdasan atau lebih jelasnya adalah kemampuan untuk memecahkan suatu masalah, kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat.
Belajar tuntas adalah suatu strategi pengajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok. Belajar tuntas diharapkan mampu mengatasi kelemahan yang terdapat pada strategi belajar mengajar lainnya.
Dalam kegiatan belajr mengajar guru harus melakukan perencanaan terlebih dahulu agar guru tersebut mampu mengajar peserta didiknya dengan baik. Pembelajaran tuntas merupakan strategi belajar yang baik digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan, karena dengan belajar tuntas, siswa dituntut untuk benar-benar menguasai materi yang dipelajari, dengan begitu maka siswa yang belum menguasai materi akan terus mengulang kembali materi yang telah dipelajarinya sampai dia benar-benar menguasainya, meskipun tidak 100% siswa tersebut memahaminya.
Dalam strategi ini menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, selain itu penilaian dalam pembelajaran tuntas ini mengandung unsur objektifitas yang tinggi.

B.     Multiple Intelegensi
Inteligensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang dapat digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuanya.Para ahli mempunyai pengertian yang beragam tentang intelegensi salah satunya yaitu Woolfolk mengemukakan bahwa intelegensi itu merupakan satu atau beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan.Adapun faktor yang mempengaruhi inteligensi adalah faktor Bawaan, kematangan, pembentukan, minat dan kebebasan. Ciri-ciri perbuatan inteligensi ada enam yang dikemukakan oleh Carl Witherington.
Multiple inteligensi adalah kemampuan untuk memecahakan masalah atau menciptakan suatu produk yang efektif atau bernilai dalam satu latar belakang budaya tertentu. Artinya, setiap orang jika dihadapkan pada satu masalah, ia memiliki sejumlah kemampuan untuk memecahkan masalah yang berbeda sesuai dengan konteksnya. Karakteristik yang dikemukakan oleh Gardner ada enam.Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi multiple inteligensi yang dikemukakan oleh Armstrong, ada dua yaitu faktor biologis dan sejarah hidup pribadi atau pengalaman-pengalaman yang telah dialami.Untuk menerapkan teori multipel intelegensi dalam program pembelajaran diperlukan usaha yang serius dari guru. Guru harus membiasakan diri mengembangkan program pembelajaran yang berorientasi pada siswa bukan pada materi atau dirinya sendiri.

Perbedaan Mastery Learning dan Mutiple Inteligensi
No
Nama Perbeaan
Mastery Learning
Multiple Inteligensi
1
Pengertian
Pendekatan pembelajaran berdasar pandangan filosofis bahwa seluruh peserta didik dapat belajar jika mereka mendapat dukungan kondisi yang tepat
Kemampuan untuk memecahakan masalah atau menciptakan suatu produk yang efektif atau bernilai dalam satu latar belakang budaya tertentu
2
Ciri-ciri
1) Siswa dapat belajar dengan baik dalam kondisi pengajaran yang tepat sesuai dengan harapan  pengajar.
2) Bakat seorang siswa dalam bidang pengajaran dapat diramalkan, baik tingkatannya maupun waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari bahan tersebut. Bakat berfungsi sebagai indeks tingkatan belajar siswa dan sebagai suatu ukuran satuan waktu.
3) Tingkat hasil belajar bergantung pada waktu yang digunakan secara nyata oleh siswa untuk mempelajari sesuatu dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya
4) Tingkat belajar sama dengan ketentuan, kesempatan belajar bakat, kualitas pengajaran, dan kemampuan memahami pelajaran.
5) Setiap siswa memperoleh kesempatan belajar yang berdiferensiasi dan kualitas pengajaran yang berdiferensiasi pula.
1) Kecerdasan Linguistik, memiliki ciri antara lain: suka menulis kreatif, suka mengarang kisah khayal atau menceritakan lelucon, sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal kecil, membaca di waktu senggang, mengeja kata dengan tepat dan mudah, suka mengisi teka-teki silang, menikmati dengan cara mendengarkan, unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi).
2) Kecerdasan Matematika-Logis, cirinya antara lain: menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala, suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis, misalnya mengapa hujan turun?, ahli dalam permainan catur, halma dsb, mampu menjelaskan masalah secara logis, suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu, menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki, berprestasi dalam Matematika dan IPA.
3) Kecerdasan Musikal, memiliki ciri antara lain: suka memainkan alat musik di rumah atau di sekolah, mudah mengingat melodi suatu lagu, lebih bisa belajar dengan iringan musik, bernyanyi atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain, mudah mengikuti irama musik, mempunyai suara bagus untuk bernyanyi, berprestasi bagus dalam mata pelajaran musik.
Dan lainnya
3
Faktor-faktor yang mempengaruhi
1) Bakat untuk mempelajari sesuatu
2) Mutu pengajaran
3) Kesanggupan untuk memahami pengajaran
4) Ketekunan
5) Waktu yang tersedia untuk belajar
1) Faktor Bawaan atau Keturunan
2) Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
3) Faktor Pembentukan atau Lingkungan
4) Faktor Kematangan
5) Faktor Kebebasan

BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Belajar tuntas (Mastery Learning) adalah pendekatan pembelajaran berdasar pandangan filosofis bahwa seluruh peserta didik dapat belajar jika mereka mendapat dukungan kondisi yang tepat. Konsep belajar tuntas adalah proses belajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya cara menguasai materi secara penuh.
Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu.
Kecerdasan adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang tidak akan semuanya sama dengan kemampuan-kemampuan yang dimiliki orang lain, karena kemampuan banyak jenisnya (beranekaragam), dan keanekaragaman dari kemampuan-kemampuan itu disebut dengan kecerdasan majemuk (multiple intelegensi).
Menurut Gardner kecerdasan atau intelegensi ada 10 macam yaitu: Kecerdasan linguistic ( Linguistik intelligence ), Intelegensi logis-matematis ( Logical matematich), Intelegensi Musik ( Musical intelegence ), Intelegensi kinestetik. , Intelegensi Visual-Spasial, Intelegensi Interpersonal, Intelegensi Intrapersonal, Intelegensi Naturalis, Intelagensi Emosional, Intelegensi Spiritual.
Faktor – faktor yang mempengaruhi intelegensi adalah faktor bawaan atau keturunan, faktor minat dan pembawaan yang khas, faktor pembentukan atau lingkungan, faktor kematangan, faktor kebebasan

B.     Kritik Saran
Manusia dengan sifat sifatnya, merupakan individu paling berharga di sisi Allah, tetapi, dalam itu semua terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu, dengan selesainya makalah ini, saya selaku penyusun makalah sangatlah terbuka dalam kritik dan saran rekan rekan, pembaca, yang bersifat membangun dsb.








                                                        DAFTAR PUSTAKA           
Prof. Dr. Hamzah B. Uno, M. Pd. Mengelola kecerdasan dalam  pembelajaran, ( Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009).
Thomas Amstrong, Sekolah Para Juara Menerapkan Multiple Intelligences di Dunia Pendidikan. Diterjemahkan dari Multiple Intelligences in The Classroom.  (Bandung, Mizan Media Utama. 2003).
Armstrong, Thomas. 1996. Multiple Intelligences in The Classroom. Virginia : Association for Supervision and Curriculum Development
Sadli, Saparinah Sadli, Prof. Dr.  . 1986 .Inteligensi Bakat dan test IQ. Jakarta: PT. Gaya Favorit Press
Abdurahman, Mulyono, 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta :PT. Rineka CiptaAhmadi
Armstrong, Thomas. 1996. Multiple Intelligences in The Classroom. Virginia : Association for Supervision and Curriculum Development

Tidak ada komentar:

Posting Komentar