PEMBAHASAN
MASTERY
LEARNING
A.
Pengertian Mastery Learning (Strategi Belajar Tuntas)
Belajar tuntas (Mastery Learning) adalah pendekatan pembelajaran
berdasar pandangan filosofis bahwa seluruh peserta didik dapat belajar jika
mereka mendapat dukungan kondisi yang tepat. Konsep belajar tuntas adalah
proses belajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya
cara menguasai materi secara penuh. Belajar tuntas ini merupakan strategi
pembelajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok.
Dengan sistem belajar tuntas diharapkan proses belajar mengajar dapat
dilaksanakan agar tujuan instruksional yang akan dicapai dapat diperoleh secara
optimal sehingga proses belajar lebih efektif dan efisien.
Tolok ukur yang digunakan pada pencapaian hasil belajar dengan pendekatan tersebut adalah tingkat kemampuan siswa per individu, bukan per kelas. Dengan demikian, siswa yang memiliki tingkat kecerdasan atau penguasaan pengetahuan dan keterampilan diatas rata-rata kelas, siswa yang bersangkutan berhak memperoleh pengayaan materi atau melanjutkan ke unit kompetensi selanjutnya, sebaliknya apabila siswa tersebut belum mampu mencapai standar kompetensi yang diharapkan maka siswa tersebut harus mengikuti program perbaikan (remedial) materi. Dalam pelaksanaannya peserta didik memulai belajar dari topik yang sama dan pada waktu yang sama pula. Perlakuan awal belajar terhadap siswa juga sama. Siswa yang tidak dapat menguasai seluruh materi pada topik yang dipelajarinya mendapat pelajaran tambahan sehingga mencapai hasil yang sama dengan kelompoknya. Siswa yang telah tuntas mendapat pengayaan sehingga mereka pun memulai mempelajari topik baru bersama-sama dengan kelompoknya dalam kelas. Pendekatan dalam proses belajar-mengajar adalah menyertai siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dalam rangka membantu memahami, melaksanakan dan menyimpulkan dari materi yang diberikan guru sehingga siswa merasa terbimbing, terarah sesuai tujuan pembelajaran yang dikehendaki dalam suasana yang bebas dari ketertekanan dan menyenangkan.
Teknik pendekatan yang dipilih adalah salah satu cara guru melakukan inovasi dan terobosan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Kegiatan pendekatan terhadap siswa dalam penelitian tindakan kelas ini diwujudkan dalam partisipasi siswa dan guru dalam menghadapi tugas-tugas siswa. Partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan mental dan emosi serta fisik anggota dalam memberikan inisiatif terhadap kegiatan yang dilancarkan oleh organisasi serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya.
Pendekatan belajar tuntas (mastery learning) dapat dilaksanakan dan
mempunyai efek meningkatkan motivasi belajar intrinsik. Pendekatan ini mengakui
dan mengakomodasi semua siswa yang mempunyai berbagai tingkat kemampuan, minat,
dan bakat tadi asal diberikan kondisi-kondisi belajar yang sesuai.
B.
Ciri-ciri Pembelajaran Tuntas
Menurut Ahmadi, Abu, dkk. (2005) ada beberapa ciri belajar tuntas (mastery learning), yaitu :
1.
Siswa
dapat belajar dengan baik dalam kondisi pengajaran yang tepat sesuai dengan
harapan pengajar.
2.
Bakat
seorang siswa dalam bidang pengajaran dapat diramalkan, baik tingkatannya
maupun waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari bahan tersebut. Bakat berfungsi
sebagai indeks tingkatan belajar siswa dan sebagai suatu ukuran satuan waktu.
3.
Tingkat
hasil belajar bergantung pada waktu yang digunakan secara nyata oleh siswa
untuk mempelajari sesuatu dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk
mempelajarinya
4.
Tingkat
belajar sama dengan ketentuan, kesempatan belajar bakat, kualitas pengajaran,
dan kemampuan memahami pelajaran.
5.
Setiap
siswa memperoleh kesempatan belajar yang berdiferensiasi dan kualitas
pengajaran yang berdiferensiasi pula.
C.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Tuntas
Para pengembang konsep belajar tuntas mendasarkan pengembangan pengajarannya pada prinsip-prinsip sebagai berikut (Sukmadinata, Nana Syaodih, 2005) :
1.
Sebagian
besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat menguasai
sebagian terbesar bahan yang diajarkan. Tugas guru untuk merancang
pengajarannya sedemikian rupa sehingga sebagian besar siswa dapat menguasai
hampir seluruh bahan ajaran.
2.
Guru
menyusun strategi pengajaran tuntas mulai dengan merumuskan tujuan-tujuan khusus yang hendak dikuasai oleh siswa.
3.
Sesuai
dengan tujuan-tujuan khusus tersebut guru merinci bahan ajar menjadi satua-
satuan bahan ajaran yang kecil yang medukung pencapaian sekelompok tujuan
tersebut.
4.
Selain
disediakan bahan ajaran untuk kegiatan belajar utama, juga disusun bahan
ajaran untuk kegiatan perbaikan dan
pengayaan. Konsep belajar tuntas sangat menekankan pentingnya peranan umpan
balik.
5.
Penilaian hasil
belajar tidak menggunakan
acuan norma, tetapi
menggunakan acua patokan.
6.
Konsep
belajar tuntas juga memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individual.
Prinsip ini direalisasikan dengan memberikan keleluasaan waktu,
yaitu siswa yang pandai atau cepat belajar bisa maju lebih dahulu pada satuan
pelajaran berikutnya, sedang siswa yang lambat dapat menggunakan waktu lebih
banyak atau lama sampai menguasai secara tuntas bahan yang diberikan.
D.
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tuntas
1. Kelebihan Pembelajaran Tuntas
Menurut Mariana, Alit Made, (2003:21),
menyatakan tiga hal kelebihan pembelajaran tuntas, yaitu:
a.
Pembelajaran
tuntas lebih efektif daripada pembelajaran yang tidak menganut paham
pembelajaran tuntas. Keunggulan pembelajaran tuntas termasuk juga pencapaian
siswa dan retensi (daya tahan konsep yang dipelajari) lebih tahan lama.
b.
Efisiensi
belajar siswa secara keseluruhan lebih tinggi pada pembelajaran tuntas daripada
pembelajaran yang tidak menerapkan pembelajaran tuntas. Siswa yang tergolong
lambat menguasai standar kompetensi secara tuntas dapat belajar hampir sama
dengan siswa yang mempunyai kemampuan lebih tinggi.
c.
Sikap
yang ditimbulkan akibat siswa mengikuti pembelajaran tuntas positif,
dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak menganut faham pembelajaran tuntas.
Adanya sikap positif dan rasa keingintahuan yang besar terhadap suatu materi
subyek yang dipelajarinya.
2.
Kelemahan
Pembelajaran Tuntas
Menurut Mariana, Alit Made, (2003:24) juga menyatakan tentang
kelemahan belajar tuntas diantaranya adalah :
a)
Guru-guru
yang sudah terlanjur menggunakan teknik lama sulit beradaptasi.
b)
Memerlukan
berbagai fasilitas, dan dana yang cukup besar. Menuntut para guru untuk lebih menguasai materi lebih luas lagi dari
standar yang ditetapkan.
c)
Diberlakukannya
sistem ujian (UAS dan UAN) yang menuntut penyelenggaraan program bidang studi
pada waktu yang telah ditetapkan dan usaha persiapan siswa untuk menempuh
ujian. Dalam pelaksanaan konsep belajar tuntas apabila kelas itu belum biasa
menggunakan strategi belajar tuntas, maka guru terlebih dahulu memperkenalkan
prosedur belajar tuntas kepada siswa dengan maksud memberikan motivasi,
menumbuhkan kepercayaan diri, dan memberikan petunjuk awal.
MULTIPLE
INTELEGENSI
A. Pengertian Multiple Intelegensi
Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan untuk melakukan abstraksi, serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru.
Kecerdasan (Inteligensi) secara umum dipahami pada dua tingkat yakni : kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, orang yang lebih cerdas, akan mampu memilih strategi pencapaian sasaran yang lebih baik dari orang yang kurang cerdas. Artinya orang yang cerdas mestinya lebih sukses dari orang yang kurang cerdas. Yang sering membingungkan ialah kenyataan adanya orang yang kelihatan tidak cerdas (sedikitnya di sekolah) kemudian tampil sukses, bahkan lebih sukses dari dari rekan-rekannya yang lebih cerdas, dan sebaliknya.
Kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif yang dimiliki seseorang disebut dengan kecerdasan. Howard Garder mendefinisikan kecerdasan sebagai :
1.
Kemampuan
memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan nyata.
2.
Kemampuan
melahirkan masalah baru untuk dipecahkan.
3.
Kemampuan
menyiapkan atau menawarkan suatu layanan yang bermakna dalam kehidupan kultur
tertentu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan-kemampuan yang
dimiliki seseorang tidak akan semuanya sama dengan kemampuan-kemampuan yang
dimiliki orang lain, karena kemampuan banyak jenisnya (beranekaragam), dan
keanekaragaman dari kemampuan-kemampuan itu disebut dengan kecerdasan majemuk
(multiple intelegensi).
B.
Macam-Macam Multiple Intelegensi
Kecerdasan majemuk yang merupakan keanekaragaman kemampuan adalah modalitas untuk melejitkan kemampuan setiap siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada dasarnya setiap anak cerdas. Menurut Gardner kecerdasan atau intelegensi ada 10 macam yaitu:
1. Kecerdasan linguistic ( Linguistik intelligence )
Kecerdasan linguistic Adalah kemampuan untuk berfikir dalam bentuk
kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekpresikan dan menghargai makna yang
komplek, yang meliputi kemampuan membaca, mendengar, menulis, dan berbicara.
2. Intelegensi logis-matematis ( Logical matematich)
Intelegensi logis-matematis Adalah kemampuan dalam menghitung,
mengukur dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis serta menyelesaikan
operasi-operasi matematika,
3. Intelegensi Musik ( Musical intelegence )
Intelegensi musik adalah kecerdasan seseorang yang berhubungan
dengan sensitivitas pada pola titik nada, melodi, ritme, dan nada. Musik adalah
bahasa pendengaran yang menggunakan tiga komponen dasar yaitu intonasi suara,
irama dan warna nada yang memakai system symbol yang unik.
4.
Intelegensi
kinestetik.
Kinestetik adalah belajar melalui tindakan dan pengalaman melalui
panca indera. Intelegensi kinestetik adalah kemampuan untuk menyatukan tubuh
atau pikiran untuk menyempurnakan pementasan fisik. Dalam kehidupan sehari-hari
dapat diamati pada actor,atlet atau penari, penemu, tukang emas, mekanik.
5. Intelegensi Visual-Spasial
Intelegensi visual-spasial merupakan kemampuan yang memungkinkan
memvisualisasikan infoomasi dan mensintesis data-data dan konsep-konsep ke
dalam metavor visual.
6. Intelegensi Interpersonal
Intelegensi interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan
berkomunikasi dengan orang lain dilihat dari perbedaan, temperamen, motivasi,
dan kemampuan.
7. Intelegensi Intrapersonal
Intelegensi Intrapersonal adalah kemampuan seseorang untuk memahami
diri sendiri dari keinginan, tujuan dan system emosional yang muncul secara
nyata pada pekerjaannya.
8. Intelegensi Naturalis
Intelegensi Naturalis adalah kemampuan untuk mengenal flora dan
fauna melakukan pemilahan-pemilahan utuh dalam dunia kealaman dan menggunakan
kemampuan ini secara produktif misalnya untuk berburu, bertani, atau melakukan
penelitian biologi.
9. Intelagensi Emosional
Intelagensi Emosional adalah
yang dapat membuat orang bisa mengingat, memperhatikan, belajar dan membuat
keputusan yang jernih tanpa keterlibatan emosi. Jadi intelegensi emosional
disini berkaitan dengan sikap motivasi, kegigihan, dan harga diri yang akan
mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan siswa.
10. Intelegensi Spiritual
Intelegensi Spiritual adalah kemampuan yang berhubungan dengan
pengakuan adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya.
Kemampuan-kemampuan yang termasuk dalam sepuluh aspek kecerdasan majemuk (multiple intelegensi) yang dimiliki masing-masing orang tersebut diatas merupakan potensi intelektual seseorang untuk dapat mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu proses pengembangan kognitif, psikomor, dan afektif ketika seseorang berada pada lingkungan. Menurut Depdiknas (2004) pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru pada saat seseorang berintegrasi dengan informasi dan lingkungan.
C.
Ciri-Ciri Multiple Intelegensi
1. Kecerdasan Linguistik, umumnya memiliki ciri antara lain
(a)
suka
menulis kreatif
(b)
suka
mengarang kisah khayal atau menceritakan lelucon
(c)
sangat
hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal kecil
(d)
membaca
di waktu senggang
(e)
mengeja
kata dengan tepat dan mudah
(f)
suka
mengisi teka-teki silang
(g)
menikmati
dengan cara mendengarkan
(h)
unggul
dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi)
.
2. Kecerdasan Matematika-Logis, cirinya antara lain:
(a)
menghitung
problem aritmatika dengan cepat di luar kepala
(b)
suka
mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis, misalnya mengapa hujan turun?
(c)
ahli dalam permainan catur, halma dsb
(d)
mampu
menjelaskan masalah secara logis
(e)
suka
merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu
(f)
menghabiskan
waktu dengan permainan logika seperti teka-teki, berprestasi dalam Matematika
dan IPA.
3. Kecerdasan Spasial dicirikan antara lain:
(a)
memberikan
gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu
(b)
mudah
membaca peta atau diagram
(c)
menggambar
sosok orang atau benda persis aslinya
(d)
senang
melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya
(e)
sangat
menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya
(f)
suka
melamun dan berfantasi
(g)
mencoret-coret
di atas kertas atau buku tugas sekolah
(h)
lebih
memahamai informasi lewat gambar daripada kata-kata atau uraian
(i)
menonjol
dalam mata pelajaran seni.
4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani, memiliki ciri:
(a)
banyak
bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu
(b)
aktif
dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking atau skateboard
(c)
perlu
menyentuh sesuatu yang sedang dipelajarinya
(d)
menikmati
kegiatan melompat, lari, gulat atau kegiatan fisik lainnya
(e)
memperlihatkan
keterampilan dalam bidang kerajinan tangan seperti mengukir, menjahit, memahat
(f)
pandai
menirukan gerakan, kebiasaan atau prilaku orang lain
(g)
bereaksi
secara fisik terhadap jawaban masalah yang dihadapinya
(h)
suka
membongkar berbagai benda kemudian menyusunnya lagi
(i)
berprestasi
dalam mata pelajaran olahraga dan yang bersifat kompetitif.
5.
Kecerdasan
Musikal memiliki ciri antara lain:
(a)
suka
memainkan alat musik di rumah atau di sekolah
(b)
mudah
mengingat melodi suatu lagu
(c)
lebih
bisa belajar dengan iringan musik
(d)
bernyanyi
atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain
(e)
mudah
mengikuti irama musik
(f)
mempunyai
suara bagus untuk bernyanyi
(g)
berprestasi
bagus dalam mata pelajaran musik.
6.
Kecerdasan
Interpersonal memiliki ciri antara lain:
(a)
mempunyai
banyak teman
(b)
suka
bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya
(c)
banyak
terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah
(d)
berperan
sebagai penengah ketika terjadi konflik antartemannya
(e)
berempati
besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain
(f)
sangat
menikmati pekerjaan mengajari orang lain
(g)
berbakat
menjadi pemimpin dan berperestasi dalam mata pelajaran ilmu sosial.
7.
Kecerdasan
Intrapersonal memiliki ciri antara lain:
(a)
memperlihatkan
sikap independen dan kemauan kuat
(b)
bekerja
atau belajar dengan baik seorang diri
(c)
memiliki
rasa percaya diri yang tinggi
(d)
banyak
belajar dari kesalahan masa lalu
(e)
berpikir
fokus dan terarah pada pencapaian tujuan
(f)
banyak
terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri.
8.
Kecerdasan
Naturalis, memiliki ciri antara lain:
(a)
suka
dan akrab pada berbagai hewan peliharaan
(b)
sangat
menikmati berjalan-jalan di alam terbuka
(c)
suka
berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang
(d)
menghabiskan
waktu di dekat akuarium atau sistem kehidupan alam
(e)
suka
membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam lainnya
(f)
berprestasi
dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan hidup.
Keunikan yang dikemukakan Gardner adalah, setiap kecerdasan dalam
upaya mengelola informasi bekerja secara spasial dalam sistem otak manusia.
Tetapi pada saat mengeluarkannya, ke delapan jenis kecerdasan itu bekerjasama untuk
menghasilkan informasi sesuai yang dibutuhkan.
D.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi.
Intelegensi tiap individu cenderung berbeda-beda. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi antara lain sebagai berikut:
1. Faktor Bawaan atau Keturunan.
Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas
kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain
ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat
dijumpai anak yang bodoh, cukup pintar dan sangat pintar, meskipun mereka
menerima pelajaran dan pelatihan yang sama. Penelitian membuktikan bahwa
korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2
anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti
lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 -
0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 - 0,20 dengan ayah dan
ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara
terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka
tidak pernah saling kenal.
2. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas.
Faktor minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan
atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,sehingga
apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih
giat dan lebih baik. Intelegensi bekerja dalam situasi yang berlain-lainan
tingkat kesukarannya. Sulit tidaknya mengatasi persoalan ditentukan pula oleh
pembawaan.
3. Faktor Pembentukan atau Lingkungan.
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara
pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan
yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya. Walaupun ada
ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan
sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti.
Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan
otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi,
rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga
memegang peranan yang amat penting.
4. Faktor Kematangan.
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan
telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak diherankan bila
anak anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas
empat sekolah dasar, Karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ
tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal
tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.
Kecerdasan tidak tetap statis, tetapi cepat tumbuh dan berkembang.
Tumbuh dan berkembangnya intelegensi sedikit banyak sejalan dengan perkembangan
jasmani, umur dan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai (kematangannya).
5. Faktor Kebebasan.
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas
dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kelima faktor di atas saling mempengaruhi dan saling terkait satu
dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat
hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.
E.
Pengaruh Intelegensi Terhadap Keberhasilan Peserta Didik
Intelegensi seseorang diyakini sangat berpengaruh pada keberhasilan
belajar yang dicapainya. Berdasarkan hasil penelitian, prestasi belajar
biasanya berkolerasi searah dengan tingkat intelegensi. Artinya, semakin tinggi
tingkat intelegensi seseorang, maka semakin tinggi prestasi belajar yang
dicapainya. Bahkan menurut sebagian besar ahli, intelegensi merupakan modal
utama dalam belajar dan mencapai hasil yang optimal. Anak yang memiliki skor IQ
dibawah 70 tidak mungkin dapat belajar dan mencapai hasil belajar seperti
anak-anak dengan skor IQ normal, apalagi dengan anak-anak jenius.
Kenyataan menunjukkan bahwa setiap anak memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut tampak memberikan warna di dalam kelas. Selama menerima pelajaran yang diberikan guru, disampaikan oleh guru dan ada pula anak yang lamban. Perbedaan individu dalam intelegensi ini perlu diketahui dan dipahami oleh guru, terutama dalam hubungannya dengan pengelompokkan siswa. Selain itu, guru harus menyesuaikan tujuan pembelajarannya dengan kapasitas intelegensi siswa. Perbedaan intelegensi yang dimiliki oleh siswa bukan berarti membuat guru harus memandang rendah pada siswa yang kurang, tetapi guru harus mengupayakan agar pembelajaran yang diberikan dapat membantu semua siswa, tentu saja dengan perlakuan metode yang beragam.
Selain itu, perbedaan tersebut juga tampak dari hasil belajar yang dicapai. Tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa bergantung pada tinggi rendahnya intelegensi yang dimiliki. Meski demikian, intelegensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Seperti telah dikemukakan bahwa banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhinya. Yang terpenting dalam hal ini adalah guru harus bijaksana dalam menyingkapi perbedaan tersebut.
F.
Program Pembelajaran yang Mengakomodasi Perkembangan Multiple
Intelegensi
Untuk menerapkan teori multipel intelegensi dalam program pembelajaran diperlukan usaha yang serius dari guru. Guru harus membiasakan diri mengembangkan program pelajaran yang berorientasi pada siswa bukan pada materi atau dirinya sendiri. Tujuannya adalah untuk memudahkan guru dalam menentukan strategi pembelajaran yang tepat yang dapat mengembangkan intelegensi siswa secara maksimal. Mengingat multipel intelegensi belum memasyarakat, maka hal ini akan menjadi penghambat bagi guru untuk memasukkannya pada saat menyusun program pembelajaran.
Program pembelajaran pengertiannya lebih luas dari kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran terbatas pada aktivitas guru dan siswa di kelas saja, sedangkan pengertian program pembelajaran adalah menyeluruh mulai dari rencana pembelajaran, kegiatan pembelajaran sampai dengan produk hasil dari pengembangan program pembelajaran. Program pembelajaran berbentuk produk ini dapat berupa kegiatan pembelajaran langsung atau tatap muka, tetapi dapat juga berbentuk program video, audio, dan sebagainya.
Garner menjelaskan bahwa setiap intelegensi bekerja dalam sistem otak yang relatif otonom. Artinya setiap intelegensi mengelola informasi secara parsial, namun pada saat mengeluarkannya memproduksi kembali kedelapan intelegensi yang ada, intelegensi tersebut bekerja sama secara unik untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Di dekolah, guru adalah orang yang berkepentingan dalam mengembangkan program-program pembelajaran dikelasnya. Dalam mengembangkannya guru dimungkinkan untuk mengembangkan strategi embelajaran yang inovatif dan kreatif dalam dunia pendidikan, salah satunya adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis multipel intelegensi.
Menurut Amstrong dalam Robinson (2004), strategi pembelajaran berbasis multipel intelegensi ini merupakan suatu upaya mengoptimalkan berbagai intelegensi yang dimiliki setiap siswa untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut dalam kurikulum. Pada prakteknya strategi pembelajaran berbasis multipel intelegensi ini memacu kecerdasan yang menonjol pada diri siswa seoptimal mungkin, dan berupaya mempertahankan intelegensi lainnya pada standar minimal yang dituntut sekolah. Dengan kata lain, penerapan strategi multipel intelegensi dalam pengembangan program-program pembelajaran menguntungkan bagi siswa. Siswa akan berkembang sesuai dengan jati dirinya yang potensial pada salah satu atau lebih intelegensi yang dimilikinya.
Adapun langkah-langkah yang dapat digunakan dalam menerapkan strategi pembelajaran berbasis multipel intelegensi antara lain:
1. Memberdayakan semua intelegensi yang dimiliki setiap siswa.
Memberdayakan semua intelegensi pada setiap mata pelajaran adalah
ibarat meng-input melalui jalur ke dalam otak memori siswa. Contoh perhatikan
TIK berikut: siswa dapat mempelajari proses fotosintesis melalui tujuh
cara/intelegensi. Intelegensi yang mencakup TIK tersebut adalah intelegensi
bahasa, logis-matematis, musik, kinestik, interpersonal dan intrapersonal.
Dengan demikian, tingkat belajar siswa akan lebih tinggi dibanding jika siswa
hanya membaca buku atau mendengar penjelasan dari guru saja.
2. Mengoptimalkan pecapaian mata pelajaran tertentu berdasarkan intelegensi yang menonjol pada setiap siswa.
Langkah ini dapat diterapkan jika guru telah mengidentifikasi
inteelegensi apa yang menonjol pada siswa-siswanya. Dengan demikian strategi
pembelajaran yang dipilih lebih bersifat individual atau personal. Untuk siswa
yang lebih menonjol intelegensi bahasanya, maka guru harus merancang program
pembelajaran yang merangsang dan mengembangkan intelegensi siswa dalam
kemampuan berbahas, dan seterusnya.
Pada kenyataannya, pengembangan program-program pembelajaran yang merupakan teori multipel intelegensi tidaklah mudah, terutama mencakup evaluasinya. Evaluasinya harus multi asesmen artinya penilaian harus bervariasi dan dapat memberikan banyak motivasi dan merupakan penilaian yang menarik. Untuk mewujudkan evaluasi yang multipel asesmen tidaklah mudah. Dalam pembelajaran berbasis multipel intelegensi penilaian membatasi atau bahkan mengurangi penggunaan skor tes sebagai penilaian tunggal. Penggunaan pola-pola penilaian alternatif sehingga semua unsur mendapat perhatian yang optimal, baik tentang hasil belajar siswa maupun tentang pengembangan intelegensi siswa.
Hambatan yang mungkin dialami guru pada saat pengembangan program pembelajaran yang menerapkan teori multipel intelegensi, antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Guru
belum mempunyai wawasan yang cukup tentang multipel intelegensi.
2.
Guru
butuh dukungan dari pimpinan sekolah atau pengelola sekolah untuk mengembangkan
program-program pembelajaran yang berbasisi multipel intelegensi karena untuk
persiapan pengembangan program pembelajaran memerlukan waktu lama serta
bimbingan narasumber.
3.
Dukungan
dari sekolah yang belum maksimal, dalam penyediaan sarana belajar seperti alat
peraga atau media pembelajaran dan ruang belajar yang kondusif dan lain-lain
tergantung kegiatan-kegiatan apa yang akan dilaksanakan serta sumber materi apa
yang akan digunakan.
BAB III
ANALISIS
DAN PERBEDAAN MASTERY LEARNING DAN MULTIPLE INTELIGENSI
Analisis Mastery Learning dan Mutiple Inteligensi
A.
Mastery Learning (Strategi Belajar Tuntas)
Dari pemamaparan di atas dapat di analisa bahwa model pembelajaran
Mastery Learning adalah salah satu model pembelajaran yang bertujuan agar bahan
ajar dikuasai secara tuntas oleh siswa. Secara umum istilah multiple
intelligences adalah kecerdasan atau lebih jelasnya adalah kemampuan untuk
memecahkan suatu masalah, kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk
dipecahkan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan
yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat.
Belajar tuntas adalah suatu strategi pengajaran yang
diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok. Belajar tuntas
diharapkan mampu mengatasi kelemahan yang terdapat pada strategi belajar
mengajar lainnya.
Dalam kegiatan belajr mengajar guru harus melakukan perencanaan
terlebih dahulu agar guru tersebut mampu mengajar peserta didiknya dengan baik.
Pembelajaran tuntas merupakan strategi belajar yang baik digunakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan, karena dengan belajar tuntas, siswa dituntut
untuk benar-benar menguasai materi yang dipelajari, dengan begitu maka siswa
yang belum menguasai materi akan terus mengulang kembali materi yang telah
dipelajarinya sampai dia benar-benar menguasainya, meskipun tidak 100% siswa
tersebut memahaminya.
Dalam strategi ini menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran, selain itu penilaian dalam pembelajaran tuntas ini mengandung
unsur objektifitas yang tinggi.
B.
Multiple Intelegensi
Inteligensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang dapat
digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan baru dengan menggunakan
alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuanya.Para ahli mempunyai pengertian
yang beragam tentang intelegensi salah satunya yaitu Woolfolk mengemukakan bahwa
intelegensi itu merupakan satu atau beberapa kemampuan untuk memperoleh dan
menggunakan pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah dan beradaptasi dengan
lingkungan.Adapun faktor yang mempengaruhi inteligensi adalah faktor Bawaan,
kematangan, pembentukan, minat dan kebebasan. Ciri-ciri perbuatan inteligensi
ada enam yang dikemukakan oleh Carl Witherington.
Multiple inteligensi adalah kemampuan untuk memecahakan masalah
atau menciptakan suatu produk yang efektif atau bernilai dalam satu latar
belakang budaya tertentu. Artinya, setiap orang jika dihadapkan pada satu
masalah, ia memiliki sejumlah kemampuan untuk memecahkan masalah yang berbeda
sesuai dengan konteksnya. Karakteristik yang dikemukakan oleh Gardner ada
enam.Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi multiple inteligensi yang
dikemukakan oleh Armstrong, ada dua yaitu faktor biologis dan sejarah hidup
pribadi atau pengalaman-pengalaman yang telah dialami.Untuk menerapkan teori
multipel intelegensi dalam program pembelajaran diperlukan usaha yang serius
dari guru. Guru harus membiasakan diri mengembangkan program pembelajaran yang
berorientasi pada siswa bukan pada materi atau dirinya sendiri.
Perbedaan Mastery Learning dan Mutiple Inteligensi
No
|
Nama Perbeaan
|
Mastery
Learning
|
Multiple
Inteligensi
|
1
|
Pengertian
|
Pendekatan pembelajaran
berdasar pandangan filosofis bahwa seluruh peserta didik dapat belajar jika
mereka mendapat dukungan kondisi yang tepat
|
Kemampuan
untuk memecahakan masalah atau menciptakan suatu produk yang efektif atau
bernilai dalam satu latar belakang budaya tertentu
|
2
|
Ciri-ciri
|
1) Siswa dapat belajar dengan baik dalam kondisi pengajaran yang
tepat sesuai dengan harapan pengajar.
2) Bakat seorang siswa dalam bidang pengajaran dapat diramalkan,
baik tingkatannya maupun waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari bahan
tersebut. Bakat berfungsi sebagai indeks tingkatan belajar siswa dan sebagai
suatu ukuran satuan waktu.
3) Tingkat hasil belajar bergantung pada waktu yang digunakan
secara nyata oleh siswa untuk mempelajari sesuatu dibandingkan dengan waktu
yang dibutuhkan untuk mempelajarinya
4) Tingkat belajar sama dengan ketentuan, kesempatan belajar
bakat, kualitas pengajaran, dan kemampuan memahami pelajaran.
5) Setiap siswa memperoleh kesempatan belajar yang
berdiferensiasi dan kualitas pengajaran yang berdiferensiasi pula.
|
1) Kecerdasan Linguistik, memiliki ciri antara lain: suka menulis
kreatif, suka mengarang kisah khayal atau menceritakan lelucon, sangat hafal
nama, tempat, tanggal atau hal-hal kecil, membaca di waktu senggang, mengeja
kata dengan tepat dan mudah, suka mengisi teka-teki silang, menikmati dengan
cara mendengarkan, unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan
berkomunikasi).
2) Kecerdasan Matematika-Logis, cirinya antara lain: menghitung
problem aritmatika dengan cepat di luar kepala, suka mengajukan pertanyaan
yang sifatnya analisis, misalnya mengapa hujan turun?, ahli dalam permainan
catur, halma dsb, mampu menjelaskan masalah secara logis, suka merancang
eksperimen untuk membuktikan sesuatu, menghabiskan waktu dengan permainan
logika seperti teka-teki, berprestasi dalam Matematika dan IPA.
3) Kecerdasan Musikal, memiliki ciri antara lain: suka memainkan
alat musik di rumah atau di sekolah, mudah mengingat melodi suatu lagu, lebih
bisa belajar dengan iringan musik, bernyanyi atau bersenandung untuk diri
sendiri atau orang lain, mudah mengikuti irama musik, mempunyai suara bagus
untuk bernyanyi, berprestasi bagus dalam mata pelajaran musik.
Dan lainnya
|
3
|
Faktor-faktor yang mempengaruhi
|
1) Bakat untuk mempelajari sesuatu
2) Mutu pengajaran
3) Kesanggupan untuk memahami pengajaran
4) Ketekunan
5) Waktu yang tersedia untuk belajar
|
1) Faktor Bawaan atau Keturunan
2) Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
3) Faktor Pembentukan atau Lingkungan
4) Faktor Kematangan
5) Faktor Kebebasan
|
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Belajar tuntas (Mastery Learning) adalah pendekatan pembelajaran
berdasar pandangan filosofis bahwa seluruh peserta didik dapat belajar jika
mereka mendapat dukungan kondisi yang tepat. Konsep belajar tuntas adalah
proses belajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya
cara menguasai materi secara penuh.
Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam
pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan
(mastery level) terhadap kompetensi tertentu.
Kecerdasan adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang.
Kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang tidak akan semuanya sama dengan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki orang lain, karena kemampuan banyak jenisnya
(beranekaragam), dan keanekaragaman dari kemampuan-kemampuan itu disebut dengan
kecerdasan majemuk (multiple intelegensi).
Menurut Gardner kecerdasan atau intelegensi ada 10 macam yaitu:
Kecerdasan linguistic ( Linguistik intelligence ), Intelegensi logis-matematis
( Logical matematich), Intelegensi Musik ( Musical intelegence ), Intelegensi
kinestetik. , Intelegensi Visual-Spasial, Intelegensi Interpersonal,
Intelegensi Intrapersonal, Intelegensi Naturalis, Intelagensi Emosional,
Intelegensi Spiritual.
Faktor – faktor yang mempengaruhi intelegensi adalah faktor bawaan
atau keturunan, faktor minat dan pembawaan yang khas, faktor pembentukan atau
lingkungan, faktor kematangan, faktor kebebasan
B.
Kritik Saran
Manusia
dengan sifat sifatnya, merupakan individu paling berharga di sisi Allah,
tetapi, dalam itu semua terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu, dengan
selesainya makalah ini, saya selaku penyusun makalah sangatlah terbuka dalam
kritik dan saran rekan rekan, pembaca, yang bersifat membangun dsb.
DAFTAR
PUSTAKA
Prof. Dr. Hamzah B. Uno, M. Pd.
Mengelola kecerdasan dalam pembelajaran, ( Jakarta : PT Bumi Aksara,
2009).
Thomas Amstrong, Sekolah Para Juara Menerapkan Multiple
Intelligences di Dunia Pendidikan. Diterjemahkan dari Multiple Intelligences in The Classroom. (Bandung, Mizan Media Utama. 2003).
Armstrong,
Thomas. 1996. Multiple Intelligences in The Classroom. Virginia :
Association for Supervision and Curriculum Development
Sadli,
Saparinah Sadli, Prof. Dr. . 1986
.Inteligensi Bakat dan test IQ. Jakarta: PT. Gaya Favorit Press
Abdurahman,
Mulyono, 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta :PT. Rineka
CiptaAhmadi
Armstrong,
Thomas. 1996. Multiple Intelligences in The Classroom. Virginia : Association
for Supervision and Curriculum Development
Tidak ada komentar:
Posting Komentar