Rabu, 22 Maret 2017

Makalah Perkembangan Sosial-Budaya Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
   A.    Latar Belakang

Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman dan keunikannya. Kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan kebudayaan yang majemuk dan sangat kaya ragamnya. Perbedaan yang terjadi dalam kebudayaan Indonesia dikarekan proses pertumbuhan yang berbeda dan pengaruh dari budaya lain yang ikut bercampur di dalamnya. Di setiap budaya tersebut terdapat nilai-nilai sosial dan seni yang tinggi. Seiring dengan masuknya era globalisasi saat ini, turut mengiringi budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia.
Negara Indonesia mempunyai norma-norma yang harus dipatuhi oleh masyarakatnya. Setiap butir norma memiliki peranan masing-masing dalam mengatur hidup manusia. Norma merupakan suatu ketetapan yang ditetapkan oleh manusia dan wajib dipatuhi oleh masyarakat dan memiliki manfaat positif bagi kelangsungan hidup khalayak.
Pada kondisi saat ini, kebudayaan mulai ditinggalkan bahkan sebagian masyarakat Indonesia malu akan kebudayaannya sebagai jati diri sebuah bangsa. Hal ini mengakibatkan hilangnya keanekaragaman budaya Indonesia secara perlahan-lahan, yang tidak terlepas dari pengaruh budaya.
Generasi muda termasuk mahasiswa di dalamnya, baik disadari atau tidak memegang amanah dalam menjaga kelestarian keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Dalam menjaga kelestarian budaya Indonesia tersebut banyak cara yang dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan dan batasan-batasan yang ada.

   B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan topik makalah yang telah kami pilih, ada beberapa rumusan masalah yang akan kami bahas. Rumusan masalah tersebut adalah:
-          Bagaimana perkembangan sosial budaya Indonesia?
-          Bagaimana perkembangan budaya Indonesia?
-          Apa saja unsur-unsur kebudayaan?
-          Bagaimana proses perkembangan kebudayaan di Indonesia?
-          Apa saja problematika kebudayaan?
-          Bagaimana dampak perkembangan kebudayaan di Indonesia?

   C.    Tujuan
Adapun tujuan membuat makalah ini adalah:
-          Mengetahui bagaimana perkembangan sosial budaya Indonesia
-          Mengenali perkembangan budaya Indonesia
-          Mengetahui unsur-unsur kebudayaan
-          Mengetahui perkembangan kebudayaan di Indonesia
-          Memahami problematika kebudayaan
-          Mengetahui dampak perkembangan kebudayaan di Indonesia

























BAB II
PEMBAHASAN
   A.    Perkembangan Sosial Budaya Indonesia
Posisi Indonesia terletak di persimpangan dua Samudra (Hindia dan Pasifik) dan dua Benua (Asia dan Australia), yang sejak dahulu merupakan daerah perlintasan dan pertemuan berbagai macam agama dan ideologi serta kebudayaan.
Dalam kondisi yang demikian, maka terdapat 5 lapisan perkembangan sosial budaya Indonesia:
1.      Lapisan sosial budaya lama dan asli, yang memperlihatkan persamaan yang mendasar (bahasa, budaya, dan adat) di samping perbedaan-perbedaan dari daerah kedaerah. Persatuan dan kesatuan yang bersumber kepada lapisan ini tidak di tiadakan oleh datangnya agama dan nilai-nilai baru.
2.      Lapisan keagamaan dan kebudayaan yang berasal dari India, wilaya Indonesia  merupakan pusat pengembangan peradaban Hindia di pulau Jawa, namun kesadaran akan kebersamaan tetap dijunjung tinggi (Bineka Tunggal Ika).
3.      Lapisan yang datang dengan agama Islam tersebar luas di Wilayah Indonesia yang sekaligus juga memberikan corak tata kemasyarakatan, sebagaimana halnya agama Budha dan Hindu yang telah memberi warna pada tatanan masyarakat dan struktur ketata Negaraan.
4.      Lapisan yang datang dari Barat bersama dengan agama Kristen melengkapi kehidupan umat beragama di Indonesia di tengah tengah pengaruh dominasi asing yang silih berganti dari kerajaan kerajaan Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris.
5.      Lapisan kebudayaan Indonesia yang dimualai kesadaran bangsa. Munculnya rasa nasionalisme yang tinggi terhadap kekuasaan asing telah memberikan inspirasi dan tekad untuk mendorong lahirnya gerakan Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908, kemudian disusul dengan pemantapan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Sejak periode perkembangan Nasional, semakin dirasakannya perkembangan perceturan ideologi yang pada garis besarnya terbagi atas 3 kategori yaitu:
1.      Ideologi yang menitikberatkan pada nilai-nilai agama
2.      Ideologi yang menitikberatkan pada sosialisme
3.      Ideologi yang menitikberatkan pada nasionalisme.
Dalam negara Republik Indinesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 itu, nilai-nilai luhur yang merupakan kepribadian yang merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa inilah yang kemudian menjadi ideologi dan dasar negara yang di kenal sebagai pancasila, yang akhirnya di tuangkan dalam pembukaan UUD 1945. Dengan demikian, pertumbuhan dan perkembangan sosial budaya di Indonesia pada hakikatnya bersumber pada nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam falsafah dan dasar negara pancasila.
Setelah kemerdekaan, salah satu hal penting yang menyangkut konsepsi nusantara dan yang berkembang menjadi wawasan nusantara ialah Deklarasi 13 Desember 1957 tentang wilayah perairan Indonesia (Mochtar Kusumaatmadja, 1993).
“Bahawa segala perairan di sekitar, diantara dan yang menghubungkan pulau-pulau atau bagian pulau-pulau yang termasuk daratan Negara Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada wilayah daratan Negara Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian dari pada perairan pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak daripada negara Republik Indonesia. Lalu lintas yang damai di perairan pedalaman ini bagi kapal asing terjamin selama dan sekedar tidak bertentangan dengan kedaulatan dan keselamatan negara Indonesia. Penentuan batas laut teritorial yang lebarnya 12 mil yang di ukur dari garis-garis yang menghubungkan titik-titik yang terluar daripada pulau-pulau negara Republik Indonesia akan di tentukan dengan UDD”.
Ada beberapa pertimbangan yang mendorong pemerintah mengeluarkan pernyataan wilayah perairan Indonesia adalah sebagai berikut:
1.      Bentuk geografi RI sebagai suatu negara kepulauan memiliki sifat dan corak tersendiri yang memerlukan pengaturan sendiri pula
2.      Bagi kesatuan wilayah RI, semua kepulauan dan laut harus dianggap sebagai suatu kesatuan yang bulat
3.      Penetapan batas laut teritorial (1939) tidak sesuai lagi dengan kepentingan keslamatan dan keamanan Negara RI
4.      Setiap negara yang berdaulat berhak dan berkewajiban untuk mengambil tindakan yang di pandangnya perlu untuk melindungi keutuhan dan keselamatan negaranya.[1]


   B.     Perkembangan Kebudayaan Indonesia
Kebudayaan dan masyarakat adalah ibarat dua sisi mata uang, satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddhaya yang merupakan bentuk jamak dari kata “buddhi” yang berarti  budi akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.
Di samping kebudayaan ada kata kultur yang berasal dari bahasa Inggris culture. Culture berasal dari kata latin yaitu “colere” yang diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan merubah alam. Selain kebudayaan ada kata “peradaban” para ahli sosioligi membedakan antara kebudayaan dan peradaban. Peradaban dipakai untuk technical skill (keterampilan teknik) seperti kemampuan membangun bendungan, pembuatan gedung-gedung bertingkat, kapal-kapal laut dan pesawat-pesawat terbang.
Berhubung dengan masalah kebudayaan maka kita membedakan seorang yang dapat mengembangkan tekniknya, sehingga dapat membangun gedung-gedung bertingkat, mesin raksasa, robot, komputer dan sebagainya. Kebudayaan yang khusus yang terdapat pada suatu golongan dalam masyarakat, yang berbeda dengan kebudayaan golongan masyarakat lain maupun kebudayaan seluruh masyarakat mengenai bagian yang tidak pokok dinamakan kebudayaan khusus.[2]
Di daerah Indonesia yang luas terdapat macam-macam kebudayaan, yang satu berbeda dari yang lain di sebabkan oleh perjalanan yang berbeda. Sebagai mana di ketahui, bahwa unsur sejarah yang menentukan perkembangan kebudayaan Indonesia itu terbagi dalam 5 lapis:
1.      Kebudayaan Indonesia asli
2.      Kebudayaan India
3.      Kebudayaan Islam
4.      Kebudayaan Modern
5.      Kebudayaan Bhineka Tunggal Ika

1.      Kebudayaan Indonesia asli
Tentulah kebudayaan Indonesia asli, sebelum kedatangan kebudayaan India adalah hasil pertumbuhan sejarah yang berbeda-beda di berbagai pulau dan bagian pulau di Indonesia yang luas ini. Di Indonesia terdapat banyak bahasa daerah dan dalam hukum adat pun jelas kelihatan perbedaan yang nyata antara lingkungan hukum adat yang satu dengan yang lain, meskipun banyak perbedaannya antara penjelmaan kebudayaan yang satu dengan yang lain, ciri diri hakikat yang sama diantara kebudayaan-kebudayaan itu sedemikian banyak dan kenyataannya dapat kita menggolongkan sekaliannya pada dasar kebudayaan yang sama.
Seperti dalam kebudayaan yang bersahaja yang lain  bangsa Indonesia sebelum datang kebudayaan India itu pun dapat dikatakan mempunyai cara berpikir yang kompleks, yaitu besifat keseluruhan dan emosional, yaitu amat dikuasai oleh perasaan. Kepercayaan kepada roh-roh dan tenaga-tenaga yang gaib meresapi seluruh kehidupan, baik kehidupan manusia secara individu, maupun kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan.
Ekonomi, Hukum, Pemerintahan, dan Kesenian bukanlah keaktifan manusia yang terpisah pisah, tetapi semuanya itu erat hubungannya, dimana yang satu mulai dan yang satu berakhir serta semuanya berlaku di bawah naungan anggapan dan konsep-konsep agama. Demikian juga perkawinan, kelahiran dan kematian bukanlah kejadian atas diri manusia secara individu, tetapi seluruh masyarakat berkepentingan kepadanya dan oleh karnanya terikat kepada aturan masyarakat.
Ciri lain masyarakat Indonesia yang lama ialah berkuasanya nilai solidaritas. Susunan masyarakat merupakan persekutuan yang kecil yang hidup dalam desa atau mengembara dalam lingkungan daerah yang tentu. Persekutuan-persekutuan itu dapat kita bandingkan dengan repoblik demokrasi yang kecil, kepalanya dipilih oleh orang-orang keturunan cabang suku yang tertua yang mengatur segala keperluan dan kepentingan masyarakat itu dibantu oleh mejelis orang-orang yang tua dalam desa. Keputusan-keputusan yang penting diambil bersama-sama dengan musyawarah.
Salah satu ciri masyarakat Indonesia asli ialah besarnya pengaruh perhubungan darah. Persekutuan itu terjadi dari satu atau beberapa suku dan perhubungan di dalam maupun di antara suku-suku itu diatur oleh adat. Dalam masyarakat dan kebudayaan Indonesia asli terdapat beberapa corak susunan suku, yang menentukan cara menghitung keturunan, menentukan bentuk perkawinan, hak atas tanah, soal warisan, dan sebagainya.
Kehidupan ekonomi masyarakat yang kecil tentulah amat terbatas. Sebagian besar dari keperluan dan bahan-bahan keperluan manusia masih dapat diambil dengan mudah dari alam yang luas, baik untuk makanan maupun untuk keperluan yang lain seperti ramuan rumah, alat pembakaran, bermacam-macam perkakas, dan obat-obatan. Dalam hubungan ini, jelaslah bahwa baik pertanian maupun peternakan masih sangat terbatas. Orang masih sebagian besar mengambil saja dari sumber alam, baik air maupun darat yang sangat kaya. Dalam suasana ini, tiap-tiap keluarga atau suku atau desa itu dalam arti yang luas masih bersifat autarki.
Kalau kita simpulkan uraian tentang nilai-nilai kebudayaan Indonesia asli, dapat dikatakan bahwa kebudayaan itu dikuasai oleh nilai agama, yang ikuti oleh nilai solidaritas (kebersamaan) dan nilai kesenian. Sedangkan sifatnya dalam demokrasi, nilai kuasa dalam susunan dalam masyarakat adalah lemah. Nilai ilmu lemah karna pemikiran yang belum berkembang, sedangkan perasaan masih terlampau berkuasa dalam menghadapi alam. Nilai ekonomi belum juga berkembang karna kekayaan alam belum timbul. Dalam hubungan ini, teknik tak dapat tumbuh karena orang masih terlampau terpengaruh oleh kepercayaan bahwa kecakapan dan kekuasaan yang sesungguhnya terletak pada yang gaib, baik berupa jiwa maupun berupa tenaga gaib.
2.      Kebudayaan India
Pada permulaan kurun masehi bangsa Indonesia berkenalan dengan kebudayaan Hindu yang datang dari India itu telah lebih maju dari kebudayaan Indonesia asli, tetapi pada pokoknya, kebudayaan Hindu itupun bulat bersahaja dalam arti bahwa dalam kebudayaan itu pun berkuasa agama berdasarkan cara berfikir, komplek dan emosional.
Dalam kebudayaan Indonesia asli pun susunan pikiran masih kabur dalam selubung mistis dan adat, di India lambat laun timbul pribadi-pribadi yang dengan sadar memikirkan dan mengatur dalam susunan pikirannya tentang roh-roh dan tenaga-tenaga yang gaib, tentang manusia dalam hubungan alam dan masyarakat, tentang bahasa, tentang bangunan-bangunan dan sebagainmya.
Dalam ajaran karma dan penitisan atau ingkarnasi kelihatan bahwa kepercayaan bangsa yang bersahaja kepada pengembaraan roh yang disebut animisme, dengan sangat berasio dipikirkan sehingga mendapat fungsi etik yang kuat dalam kehidupan. Mesti diakui, bahwa etik yang berasio dan kuat itu membantu memecah masyarakat India menjadi suatu hierarki evolusi inkarnasi berdasarkan kelahiran yang amat kaku, ia tak dapat mengubah nasibnya yang dibawanya waktu lahirnya. Dilihat dari suatu jurusan etik evolusi inkarnasi itu menjadi tiang agung timbuknya suatu sistem kasta dan feodalisme, yang amat kukuh dan kaku, tidak dapat di ganggu gugat. Orang yang lahir pada tingkat kasta yang tinggi sebagai brahmana atau satria, tak dapat di ganggu gugat dalam kedudukannya berdasarkan kelahirannya.
Perkembangan rohani dan materi yang terjadi di India  dalam 1000 tahun sebelum masehi yang memberi kedinamisan dalam kehidupan, itu harus dianggap sebagai dorongan dan sebab orang-orang India datang ke pulauan Indonesia sehingga kebudayaan India menjadi faktor yang penting dalam pembentukan kebudayaan Indonesia dan pengaruh itu berjalan lebih dari 1000 tahun lamanya.
Di Indonesia, sesungguhnya pada waktu itulah tumbuh hukum-hukum yang baru yang terpengaruh oleh hukum-hukum India yang mengatur soal-soal kerajaan yang besar. Semua itu sejalan dengan timbulnya suatu hirarki kepegawaian Negara yang menjalankan pemerintah dan memegang hukum puncak dari dari hirarki itu.
3.      Kebudayaan Islam
Pada abad ke 14 masehi, bangsa Indonesia pula berkenalan dengan budaya baru yaitu, kebudayaan Islam atau kebudayaan Arab Islam. Seperti kebudayaan Indonesia asli dan hindu, kebudayaan Islam itupun berpusat kepada kepercayaan kepada tenaga yang gaib (Tuhan), yang dalam kebudayaan (Agama) Islam dinamakan Allah. Tetapi berbeda dengan animisme dan dinamisme kepercayaan kebudayaan Indonesia asli dan berbeda dengan hierarki dewa-dewa dan imanentisme kepercayaan kebudayaan India. Dalam kepercayaan Islam ada suatu jarak antara manusia, Allah, dan alam.
Dari ayat-ayat Alquran, kitab suci agama Islam, disimpulkan tentang perhubungaan Allah. Allah yang mah kuasa itu adalah asal dan pencipta segala sesuatu. Dicipkakannya alam semesta dan diaturnya segala sesuatu menurut rencana-Nya dan hukum-Nya. Diciptakannya matahari  dan bintang-bintang, diaturnya hujan agar membasahi tanah dan lain-lain. Allah adalah yanng menciptakan, menumbuhkan, memelihara serta menjaga segala bentuk dan tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Dalam perkembangan Islam yang cepat sesudah abad pertama hijrah, dalam waktu yang pendek, kebudayaan Islam berkenalan dengan filsafat kebudayaan yunani kuno dengan perantaraan terjemahan yang dibuat kedalam bahasa arab. Dengan demikian, kebudayaan Islam menjadi pewaris filsafat dan ilmu-ilmu yang bukan hanya diulang-ulang saja, tetapi terus ditumbuhkan dengan pemikiran dan penyelidikan yang bebas, yang dilakukan oleh pemeluk agama Islam maupun oleh pemeluk agama Kristen dan Yahudi yang hidup dalam suasana kebebasan kebudayaan Arab-Islam.

4.      Kebudayaan modern
Kebudayaan modern ini  dapat juga disebut kebudayaan modern Eropa Amerika dan haruslah kita anggap bermula pada zaman Renaissance. Ini terletak pada zaman yunani yang kira-kira lima abad sebelum masehi melepaskan diri mereka dari suasana kebudayaan ekspresif yang dikuasai oleh mitos agama dan mulai berpikir dengan bebas tentang  alam semesta dengan penyelidikannya secara teratur berdasarkan tenaga pikiran dan pancaindera. Kebudayaan Yunani ini tersebar, baik ke arah Asia maupun ke arah Eropa, tetapi terutama sekali di sekitar Lautan Tengah. Bangsa Romawi dapat dianggap sebagai pewarisnya yang pertama, tetapi tidaklah banyak benar yang dapat ditambahkan oleh bangsa Romawi tentang hal filsafat dan kepada warisan kebudayaan Yunani itu. Sumbangan bangsa Romawi terletak dalam nilai kekuasaan yang berupa organisasi pemerintah dan pembentukan hukum hal kemiliteran dan teknologi. Agama Kristen pun sekedarnya menerima pengaruh dari kebudayaan Yunani itu.
Sebagaimana diuraikan terdahulu bagaimana usaha menyatukan kepercayaan dan konsep-konsep agama Islam dengan warisan Yunani itu, selain daripada memberikan kemajuan filsafat dan ilmu yang amat sangat tinggi pada kebudayaan Islam.
Manusia lambat laun bertambah lama bertambah percaya kepada rasio atau tenaga berpikirnya, serta kesanggupannya untuk mengets an menguasai alam sekitarnya. Kebenaran agama yang di wahyukan terus menerus akan mendapat serang dari ahli-ahli pikir, seperti Giordano Bruno, Copernicus, serta Galileo dan lain-lain dalam abad ke-16 dan ke-17. Dalam abad-abad berikutnya perjuangan itu di teruskan oleh Linaeus, Darwin, Marx, dan Freud. Dalam abad ke-19 kekuasaan gereja telah amat berkurang sehingga dapatlah Darwin mengumumkan pikiran-pikirannya dengan tidak membahayakan jiwanya seperti rekan-rekannya yang lain, justru abad ke-18 hal itu tidak mengherankan lagi, karna antara Darwin dan Renaissans terdapat zaman Aufklaerung.
Dapat kita simpulakn bahwa citi-ciri terpenting dari pada Ilmu Modern ialah kekuatan disiplin, cara berpikir dan penyelidikannya yang menuju pengetahuan positif dan teliti.
5.      Kebudayaan Bhinneka Tunggal Ika
Setelah kita mengikuti sejarah kebudayaan Indonesia dengan perurutan keempat kebudayaan yang berbeda-beda konfigurasinya, dapatlah kita sekarang memahami kesatuan kebudayaan Indonesia dengan bermacam-macam penjelmaannya yang biasanya kita sebut Bineka Tunggal Ika.[3]

  C.    Unsur-unsur kebudayaan
Kebudayaan dari tiap-tiap bangsa atau masyarakat dapat dibagi ke dalam suatu jumlah unsur yang tak terbatas jumlahnya. Dari keseluruhan unsur-unsur yang merupakan suatu kebudayaan yang bulat itu dapat terdiri dari unsur-unsur besar unsur-unsur kecil.
Sosiologi mengklasifikasi tiap kebudayaan menjadi beberapa macam unsur. Unsur-unsur pokok atau besar disebut culture universal, hal ini menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut bersifat universal artinya dijumpai pada setiap kebudayaan yang ada dipermukaan bumi ini.
Culture universal tersebut dapat dibagi lebih lanjut ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil.  Akhirnya sebagai unsur terkecil dari unsur-unsur kebudayaan yang membentuk trait adalah sistem misalnya bajak sebagai unsur yang membentuk, trait dibagi kedalam alat-alat atau bagian-bagian kecil yang dapat dilepaskan, tetapi hakihatnya merupakan satu kesatuan.
Kelompok manusia yang sangat berkembang dari waktu ke waktu cepat maupun lambat akan mengalami perubahan. Kebutuhan pokok manusia yang tidak dapat ditinggalkan adalah kebutuhan ekonomi ini dari cara manusia memenuhi kebutuhan atau perkembangan. Dalam memanfaatkan sumber daya atau lingkungan manusia tidak melakukan perubahan cara, mulai dari cara menanam kepada cara bercocok tanam sampai kepada pertanian dan peternakan dan akhirnya sampai mencapai tingkat industri modern.
Perubahan cara memenuhi kebutuhan tadi atau secara lebih sempit lagi perubahan proses produksi sudah pasti diikuti oleh perubahan-perubahan lainnya. Ke dalam perubahan-perubahan tadi termasuk perubahan struktur, perubahan nilai dan norma atau kaidah-kaidah. Kalau perubahan dalam masyarakat telah meliputi aspek-aspek struktur, nilai dan norma atau kaidah, lembaga-lembaga industri dan telah didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat, maka pada masyarakat itu telah terjadi perubahan atau perkembangan kebudayaan. Perubahan atau perkembangan kebudayaan itu terjadi karena adanya faktor dari dalam dan dari luar.
1.      Faktor dari dalam
Perkembangan akal budi dan daya kreasi anggota masyarakat dapat membawa perubahan dalam masyarakat itu. Rekaan dan penemuan yang terjadi dalam masyarakat baik yang berupa kebudayaan kebendaan, maupun yang berupa kebudayaan spiritual, dapat membawa perubahan pandangan dan penilaian terhadap segala yang ada pada masyarakat itu. Perubahan tadi sebelum dapat diterima oleh anggota-anggota masyarakat, harus melaluai proses yang panjang dan lama. Cepat lambatnya perkembangan dipengaruhi oleh sifat-sifat tradisional, konservatif, progresif, reaktif, aktif dan kematangan masyarakat yang bersangkutan.
2.      Faktor dari luar
Perkembangan kebudayaan tidak hanya didorong oleh faktor yang berasal dari dalam. Karena kalau hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut tidak akan berjalan dengan cepat sesuai tuntutan zaman.
Hal ini dapat dibuktikan pada masyarakat yang masih tertutup, perubahan relatif kecil bila dibandingkan dengan perubahan pada masyarakat tang telah terbuka terhaap pengaruh luar. Oleh karna itu faktor-faktor yang berasal dari luar perlu mendapat perhatian pula. Faktor dari luar seperti: Akulturasi, Asimilasi dan Difusi
Bagian inti dari kebudayaan adalah nilai-nilai dan kosep-konsep dasar yang memberikan arah kepada berbagai tindakan, baik yang dapat, layak, atau harus dilakukan oleh warga suatu masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut, maupun yang layak dihindari atau dicegahnya. Bagian inti kebudayaan inilah yang perlu diinternalisasikan kepada anak didik sepanjang proses belajarnya. Seorang anak didik memang dibentuk untuk menjadi seorang yang terampil, berpengetahuan, dan berkemampuan kerja namun ia juga perlu dijadikan seseorang yang berpribadi utuh, yang hidup hati nuraninya, dan yang mempunyai kepekaan akan hal-hal yang indah dalam kehidupan ini.
Kebudayaan memberikan sukma kepada pembangunan. Pada jalur utama pembangunan itu kita kembangkan nilai-nilai budaya nasional yang bersifat serba menyongsong masa depan: nilai keilmiahan, nilai keterbukaan, dan demokrasi, nilai persaingan yang sportif untuk mencapai prestasi, nilai mementingkan perencanaan dan evaluasi dalam setiap pekerjaan, dan nilai-nilai lain yang searah dengan itu.
Apa yang ada dalam kebudayaan etnik lokal itu pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasan bagi pembentukan jatidiri bangsa serta nasional. Warisan budaya itulah yang membuat suatu bangsa merasa mempunyai akar. Disamping itu kesadaran sejarah, yaitu kesadaran akan perjalanan masa lalunya sebagai suatu rangkaian perjuangan atau eksplorasi untuk mengatasi masalah masalah sezaman, pun merupakan suatu topangan untuk menegakkan harga diri bangsa.
Dalam kaitan ini perlu diingat bahwa dari zaman ke zaman bangsa indonesia mengalami berkali-kali proses akulturasi pada waktu berhadapan dengan kebudayaan-kebudayaan besar dari luar indonesia.
Masalah yang kita hadapi sebagai bangsa yang tetap menganggap relevan untuk memiliki jati diri ini adalah bagaimana kita secara terpadu dapat senantiasa mengadakan pilihan-pilihan yang tepat atas tawaran–tawaran nilai dari luar negara indonesia itu, yang disampaikan melalui media informasi yang dari waktu ke waktu berkembang semakin cepat dan semakin luas jangkauannya.[4]

  D.    Perkembangan Kebudayaan
Sebagaimana diketahui bahwa kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia oleh karenanya kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangannya sejalan dengan perkembangan manusia itu. Perkembangan tersebut dimaksudkan untuk kepentingan manusia sendiri, karena kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia.
Perkembangan kebudayaan terhadap dinamika kehidupan seseorang bersifat kompleks, dan memiliki eksistensi dan berkesinambungan dan juga menjadi warisan sosial. Seseorang mampu memengaruhi kebudayaan dan memberikan peluang untuk terjadinya perubahan kebudayaan.
Kebudayaan yang dimiliki suatu kelompok sosial tidak akan terhindar dari pengaruh kebudayaan kelompok-kelompok lain dengan adanya kontak-kontak antar kelompok atau melalui proses difusi. Suatu kelompok sosial; akan mengadopsi suatu kebudayaan tertentu bilamana kebudayaan tersebut berguna untuk mengatasi atau memenuhi tuntutan yang dihadapinya.
Pengadopsian suatu kebudayaan tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lingkungan fisik. Misalnya iklim, topografi sumber daya alam dan sejenisnya. Sebagai contoh: orang-orang yang hidup di daerah yang kondisi lahan atau tanahnya subur (produktif) akan mendorong terciptanya suatu kehidupan yang favourable untuk memproduksi bahan pangan. Jadi, terjadi suatu proses keserasian juga antara kebudayaan masyarakat yang satu dengan kebudayaan masyarakat tetangga dekat. Kondisi lingkungan seperti ini memberikan peluang untuk berkembangnya peradaban (kebudayaan) yang lebih maju. Misalnya, dibangun sistem irigasi, teknologi pengolahan lahan dan makanan, dan lain sebagainya.
Kebudayaan dari suatu kelompok sosial tidak secara komplet ditentukan oleh lingkungan fisik saja, namun lingkungan tersebut sekadar memberikan peluang untuk terbentuknya sebuah kebudayaan. Dari waktu ke waktu, kebudayaan berkembang seiring dengan majunya teknologi (dalam hal ini adalah sistem telekomunikasi) yang sangat berperan dalam kehidupan setiap manusia.
Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala bidang, termasuk dalam hal kebudayaan. Mau tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok sosal akan bergeser. Cepat atau lambat pergeseran ini akan menimbulkan konflik antara kelompok-kelompok yang menghendaki perubahan dengan kelompok-kelompok yang tidak menghendaki perubahan.
Hal terpenting dalam proses pengembangan kebudayaan adalah dengan adanya kontrol atau kendali terhadap perilaku regular (yang tampak) yang ditampilkan oleh para penganut kebudayaan. Sehingga mereka dapat memilah-milah, mana kebudayaan yang sesuai dan mana yang tidak sesuai.[5]
   E.     Proses Perkembangan Kebudayaan di Indonesia
Berbicara tentang kebudayaan Indonesia yang ada dibayangan kita adalah sebuah budaya yang sangat beraneka ragam. Bagaimana tidak, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, hal inilah yang menyebabkan Indonesia memiliki kebudayaan yang beraneka ragam. Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan  pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi tingkah lakunya. Suatu kebudayaan merupakan milik bersama anggota suatu masyarakat atau suatu golongan sosial, yang penyebarannya kepada anggota-anggotanya dan pewarisannya kepada generasi berikutnya dilakukan melalui proses  belajar dan dengan menggunakan simbol-simbol yang terwujud dalam bentuk yang terucapkan maupun yang tidak (termasuk juga berbagai peralatan yang dibuat oleh manusia). Dengan demikian, setiap anggota masyarakat mempunyai suatu pengetahuan mengenai kebudayaannya tersebut yang dapat tidak sama dengan anggota-anggota lainnya, disebabkan oleh pengalaman dan proses belajar yang berbeda dan karena lingkungan-lingkungan yang mereka hadapi tidak selamanya sama.
Kebudayaan yang dimiliki oleh suatu bangsa merupakan keseluruhan hasil cipta, karsa, dan karya manusia. Indonesia sendiri sebagai Negara kepulauan dikenal dengan keberagaman budayanya, yang mana keanekaragaman itulah menunjukkan betapa pentingnya aspek kebudayaan bagi suatu Negara. Karena jelas bahwa kebudayaan adalah suatu identitas dan jati diri bagi suatu bangsa dan Negara.
Proses perkembangan budaya dapat terjadi melalui penetrasi. penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
1.      Penetrasi Damai
Merupakan proses masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Contoh lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India masuk melalui proses yang damai yaitu melalui penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantarayang jauh sebelum Indonesia terbentuk.
Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan yang intensif antara  pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya).
Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat. Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis.
Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India.
Asimilasi adalah  bercampurnya  dua  kebudayaan  sehingga  membentuk  kebudayaan  baru.
Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
2.      Penetrasi kekerasan (penetration violante)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat. Wujud  budaya dunia barat antara lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada sistem  pemerintahan Indonesia. Secara garis besar kebudayaan Indonesia dapat kita klasifikasikan dalam dua kelompok besar. Yaitu Kebudayaan Indonesia Klasik dan Kebudayaan Indonesia Modern. Para ahli kebudayaan telah mengkaji dengan sangat cermat akan kebudayaan klasik ini. Mereka memulai dengan  pengkajian kebudayaan yang telah ditelurkan oleh kerajaan-kerajaan di Indonesia. Sebagai layaknya seorang pengkaji yang obyektif, mereka mengkaji dengan tanpa melihat dimensi-dimensi yang ada dalam kerajaan tersebut. Mereka mempelajari semua dimensi tanpa ada yang dikesampingkan. Adapun dimensi yang sering ada adalah seperti agama, tarian, nyanyian, wayang kulit, lukisan, patung, seni ukir, dan hasil cipta lainnya. Beberapa pengamat mengatakan bahwa perkembangan kebudayaan Indonesia khususnya kebudayaan modern dimulai sejak bangsa Indonesia merdeka. Bentuk dari deklarasi ini menjadikan bangsa Indonesia tidak dalam pengaruh dan tekanan bangsa lain dengan budayanya. Dari sini bangsa Indonesia mampu menciptakan rasa dan karsa yang lebih sempurna sehingga mulailah berkembang kebudayaan modern bangsa Indonesia. Dalam perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi  berkembangnya sebuah kebudayaan diantaranya adalah faktor pengaruh budaya dari luar, apabila  budaya asli ini tidak dapat mempertahankan eksistensinya maka budaya asli yang ada akan tergusur dan tergantikan dengan budaya asing yang baru tersebut. Pada saat ini kita semua dapat melihat bahwa bangsa Indonesia dalam situasi yang mengkhawatirkan, karena banyak sekali  budaya asing yang masuk dan tidak tersaring sehingga mempengaruhi kebudayaan asli bangsa Indonesia. Kondisi sosial budaya Indonesia saat ini adalah sebagai berikut:

a.       Bahasa
Dapat kita ketahui bahwa sampai saat Indonesia masih konsisten dan tetap berpegang teguh dalam satu bahasa yaitu bahasa Indonesia. Sedangkan bahasa-bahasa daerah merupakan kekayaan plural yang dimiliki bangsa Indonesia sejak jaman nenek moyang kita. Bahasa merupakan salah satu unsur budaya yang terbentuk karena adanya komunikasi antara manusia Indonesia. Bahasa asing (Inggris, mandarin, dan lan sebagainya) belum terlihat begitu diminati dalam penggunaan sehari-hari, hanya mungkin pada acara saat seminar, atau kegiatan ceramah formal diselingi dengan bahasa Inggris sekedar untuk menyampaikan kepada penonton kalau  penceramah mengerti akan bahasa Inggris.

b.      Sistem teknologi
Tidak bisa kita pungkiri bahwa perkembangan teknologi menjadi salah satu factor yang mempengaruhi perkembangan kebudayaan Indonesia. Perkembangan yang sangat terlihat adalah teknologi informatika. Dengan perkembangan teknologi ini tidak ada lagi batas waktu dan negara pada saat ini, apapun kejadiannya di satu negara dapat langsung dilihat di negara lain melalui televisi, internet atau sarana lain dalam bidang informatika. Sehingga, budaya-budaya luar mampu menyusup kedalam budaya asli Indonesia itu sendiri.

c.       Sistem mata pencarian
Hidup masyarakat atau ekonomi masyarakat. Kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih dalam situasi krisis, yang diakibatkan oleh tidak kuatnya fundamental ekonomi pada era orde baru. Kemajuan perekonomian pada waktu itu hanya merupakan fatamorgana, karena adanya utang jangka pendek dari investor asing yang menopang perekonomian Indonesia.

d.      Organisasi Sosial.
Bermunculannya organisasi sosial yang berdasarkan pada agama, contohnya FPI, JI, , Organisasi Aliran Islam/Mahdi), Etnis (FBR, Laskar Melayu) dan Ras.

e.       Sistem Pengetahuan.
Dengan adanya LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) diharapkan perkembangan  pengetahuan Indonesia akan terus berkembang sejalan dengan era globalisasi.

f.       Kesenian.
Dominasi kesenian saat ini adalah seni suara dan seni akting (film, sinetron). Seni tari yang dulu hampir setiap hari dapat kita saksikan sekarang sudah mulai pudar, apalagi seni yang berbau kedaerahan. Kejayaan kembali wayang kulit pada tahun 1995-1996 yang dapat kita nikmati setiap malam minggu, sekarang sudah tidak ada lagi. Seni lawak model Srimulat sudah tergeser dengan model Overa Van Java, Pesbuker, dan lain-lain. Untuk kesenian nampaknya paling dinamis perkembangannya. Namun akibat perkembangan budaya yang sangat pesat menyebabkan banyak masyarakat Indonesia yang mulai melupakan kesenian asli bangsa Indonesia dan akhirnya banyak kesenian Indonesia yang diakui oleh pihak lain.

g.      Sedang menghadapi suatu pergeseran-pergeseran budaya.
Hal ini mungkin dapat dipahami mengingat derasnya arus globalisasi yang membawa berbagai budaya baru serta ketidakmampuan kita dalam membendung serangan itu dan mempertahankan budaya dasar kita.[6]

   F.     Problematika Kebudayaan
Beberapa problematika kebudayaan antara lain:
1.      Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan. Keterkaitan orang Jawa terhadap tanah yang mereka tempati secara turun-temurun diyakini sebagai pemberi berkah kehidupan. Mereka enggan meninggalkan kampung halaman atau beralih pola hidup sebagai petani. Padahal hidup mereka umumnya miskin.
2.      Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang hambatan terhadap budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang ini dapat terjadi antara masyarakat dan pelaksana pembangunan. Contohnya, program Keluarga Berencana atau KB semula ditolak masyarakat, mereka beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.
3.      Hambatan budaya berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan. Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa di tempat yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup mereka di tempat yang lama.
4.      Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar. Masyarakat daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat luar, karena pengetahuannya serba terbatas, seolah-olah tertutup untuk menerima program-program pembangunan.
5.      Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru. Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya budaya tradisonal sedemikian rupa, yang menganggap hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki secara turun-temurun.
6.      Sikap Etnosentrisme. Sikap etnosentrisme adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsanya sendiri dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap semacam ini akan mudah memicu timbulnya kasus-kasus sara, yakni pertentangan suku, agama, ras, dan antar golongan.
Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, sering kali disalahgunakan oleh manusia, sebagai contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia bukan untuk melestrarikan suatu generasi, obat-obatan diciptakan untuk kesehatan tetapi dalam penggunaannya banyak disalahgunakan yang justru mengganggu kesehatan manusia.[7]

  G.    Dampak Perkembangan Kebudayaan di Indonesia
Ada beberapa dampak yang didapatkan dari perkembangan kebudayaan yang ada di Indonesia, yaitu:
1.      Dampak positif
a.       Peningkatan dalam bidang sistem teknologi, Ilmu Pengetahuan, dan ekonomi.
b.      Terjadinya pergeseran struktur kekuasaan dari otokrasi menjadi oligarki.
c.       Mempercepat terwujudnya pemerintahan yang demokratis dan masyarakat madani dalam skala global.
d.      Tidak mengurangi ruang gerak pemerintah dalam kebijakan ekonomi guna mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
e.       Tidak berseberangan dengan desentralisasi.
f.       Bukan penyebab krisis ekonomi.
Contoh :
Mudah memperoleh informasi ataupun ilmu pengetahuan, Anda akan dengan mudah mendapatkan informasi melalui media elektronik (internet). Hanya dengan mengetikan apa yang akan anda cari dan hanya beberapa detik, file yang anda cari akan keluar.
Mudah melakukan komunikasi, di jaman modern ini sangatlah mudah untuk anda melakukan komunikasi. Bukan hanya berkomunikasi dengan orang yang berada dekat dengan anda, namun dengan mudahnya anda dapat berkomunikasi dengan orang yang jaraknya jauh. Banyak orang akan memilih jejaring sosial untuk berkomunikasi (facebook, twitter, yahoo, skype, dsb) dikarenakan lebih mudah, dan juga tidak berbayar. Bayangkan dengan orang orang di era tahun 2000 kebawah, mereka harus menulis surat, berjalan jauh untuk mencari kantor pos terdekat, mengirim, dan menunggu lama surat balasan. Kalaupun ada handphone, mereka harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk membeli pulsa dan handphone.
2.      Dampak Negatif
a.       Menimbulkan perubahan dalam gaya hidup, yang mengarah kepada masyarakat yang konsumtif komersial.
b.      Terjadinya kesenjangan budaya. Dengan munculnya dua kecenderungan yang kontradiktif. Kelompok yang mempertahankan tradisi dan sejarah sebagai sesuatu yang sakral dan penting (romantisme tradisi). Dan kelompok ke dua, yang melihat tradisi sebagai produk masa lalu yang hanya layak disimpan dalam etalase sejarah untuk dikenang (dekonstruksi tradisi/disconecting of culture).
c.       Sebagai sarana kompetisi yang menghancurkan. Proses globalisasi tidak hanya memperlemah posisi negara melainkan juga akan mengakibatkan kompetisi yang saling menghancurkan.
d.      Sebagai pembunuh pekerjaan. Sebagai akibat kemajuan teknologi dan pengurangan biaya per unit produksi, maka output mengalami peningkatan drastis sedangkan jumlah pekerjaan berkurang secara tajam.
e.       Sebagai imperialisme budaya. Proses globalisasi membawa serta budaya barat, serta kecenderungan melecehkan nilai-nilai budaya tradisional.
f.       Globalisasi merupakan kompor bagi munculnya gerakan-gerakan neo-nasionalis dan fundamentalis. Proses globalisasi yang ganas telah melahirkan sedikit pemenang dan banyak pecundang, baik pada level individu, perusahaan maupun negara. Negara-negara yang harga dirinya diinjak-injak oleh negara-negara adi kuasa maka proses globalisasi yang merugikan ini merupakan atmosfer yang subur bagi tumbuhnya gerakan-gerakan populisme, nasionalisme dan fundamentalisme.
Contoh :
Seseorang yang minder karena melihat temannya memakai iPhone 6, memiliki barang branded, sedangkan ia tidak punya.[8]









BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada dasarnya Proses Perkembangan Kebudayaan di Indonesia melalui dua cara, yaitu: penetrasi damai dan penetrasi kekerasan.
Penetrasi damai Merupakan proses masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya,masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia.
Penetrasi kekerasan, masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat. Wujud  budaya dunia barat antara lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama 350 tahun lamanya.
Selanjutnya ada beberapa dampak yang didapatkan dari perkembangan kebudayaan yang ada di Indonesia, yaitu:
Dampak Positif, salah satunya adalah Peningkatan dalam bidang sistem teknologi, Ilmu Pengetahuan, dan ekonomi.
Dampak Negatif, menimbulkan perubahan dalam gaya hidup, yang mengarah kepada masyarakat yang konsumtif komersial.

Saran
Kebudayaan bangsa Indonesia merupakan kebudayaan yang terbentuk dari berbagai macam kebudayaan suku dan agama sehingga banyak tantangan yang selalu merongrong keutuhan budaya itu tapi dengan semangat kebhinekaan sampai sekarang masih eksis dalam terpaan zaman. Kewajiban kita sebagai anak bangsa untuk tetap mempertahankannya budaya itu menuju bangsa yang abadi, luhur, makmur dan bermartabat.







Daftar Pustaka
H. Hartono, Drs. & Dra.Arnicun Aziz, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)
Sedyawati Edi, Ke Indonesiaan Dalam Budaya, (Jakarta: Penerbit Wedatama Widya Sastra, 2007)
Setiadi Elly M, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2008)
http://asri-blog.blogspot.co.id/2011/07/makalah-perkembangan-sosial-budaya.html diunduh pada tanggal 27 Oktober 2016 jam 13.20 WIB
https://evinursyafitrisyamsul.blogspot.co.id/2015/03/makalah-proses-perkembangan-kebudayaan.html diunduh pada tanggal 27 Oktober 2016 jam 13.41 WIB



[2] Drs.H.Hartono & Dra.Arnicun Aziz, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 38.
[4] Edi Sedyawati, Ke Indonesiaan Dalam Budaya, (Jakarta: Penerbit Wedatama Widya Sastra, 2007) h. 41
[5] Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 40-41.
[7] Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 41-43.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar