Selasa, 28 Maret 2017

Teori Konflik Lewis Coser

Teori Konflik Lewis Coser
Hasil gambar untuk lewis coser
Lewis Coser
Teori konflik yang dikemukakan oleh Lewis Coser sering kali disebut teori fungsionalisme konflik karena ia menekankan fungsi konflik bagi sistem sosila atau masyarakat. Didalam bukunya yang berjudul The Functions of Social Conflicts, Lewis Coser memusatkan perhatiannya pada fungsi-fungsi dari konflik. Dari judul itu  bisa dilihat bahwa uraian Coser terhadap konflik bersifat fungsional dan terarah pada pengintegrasian teori konflik dan teori fungsionalisme struktural. Tetapi sebetulnya klaau ia mau konsekuen dengan usahanya itu maka ia juga harus menguraikan akibat-akibat dari keteraturan (order) terhadap konflik atau ketidak-seimbangan. Misalnya, penekanan terlalu bnyak terhadap peraturan bisa menimbulkan ketidak-stabilan. Pemerintah yang totaliter, misalnya, sekalipun menekankan peraturan yang ketat bisa menimbulkan ketidak-stabilan di dalam masyarakat. Sayang, Lewes Coser tidak sempat mendalami itu.[1]

Salah satu yang membedakan Coser dari pendukung teori konflik lainnya bahwa ia menekankan pentingnya konflik untuk mempertahankan keutuhan kelompok. Pada hal pendukung teori konflik lainnya memusatkan analisa mereka pada konflik sebagai penyebab perubahan sosial. Luwes Coser menyebutkan beberapa fungsi dari konflik, yakni:
v  Konflik dapat memperkuat solidaritas kelompok yang agak longgar. Pada masyarakat yang terancam disintegrasi, konflik dengan masyarakat lain bisa menjadi kekutan  yang mempersatukan. Dalam hal ini, ia sebetulnya mengembagkan apa yang sudah dikatakan oleh Georg Simmel sebelumnya. Misalnya negara Indonesia pada masa Soekarno dengan politik “Ganyang Malaysia” atau penciptaan label-label pada masa Orba, seperti PKI, Subversif, GPK.
v  Konflik dengan kelompok lain dapat menghasilkan solidaritas didalam kelompok tersebut dan solidaritas itu bisa menghantarkannya kepada aliansi-aliansi dengan kelompok-kelompok lain. Konflik yang berkepanjangan antara Israel dengan negara-negara Arab telah menyebabkan Israel menjalin kerjasama yang begitu erat dengan Amerika Serikat. Bisa saja terjadi bahwa kalau perdamaian jangka panjang antara negara-negara Arab tdan Israel tercapai, maka ikatan antara Israel dan Amerika menajdi kendur.
v  Konflik juga menyebabkan anggota-anggota masyarakat yang terisolir menjadi berperan aktif. Misalnya, sesudah mahasiswa memprotes rezim orde baru pada awal kehancurannya banyak orang tampil ke depan dan dianggap sebagai pejuang reformasi. Tidak sedikit tokoh yang barang kali tidak dikenal sebelumnya tetapi berperan aktif pada masa peralihan itu.
v  Konflik juga bisa berfungsi untuk berkomunikasi. Sebelum terjadinya, anggota-anggota masyarakat akan berkumpul dan merencanakan apa yang akan dilakukan. Lewat tukar-menukar pikiran itu mereka bisa mendapat gambaran yang lebih jelas akan apa yang harus dibuat entah untuk mengalahkanb lawan ataupun untuk menciptakan perdamaian.
Secara teoritis fungsionalisme struktural dan teori konflik kelihatan bisa diperdamaikan dengan menganalisa fungsi-fungsi konflik sebagai mana diuraikan Lewis Coser ini. Tetapi harus diakaui bahwa dalam banyak hal, konflik juga menghasilkan ketidak-berfungsian, atau disfungsi. Artinya, fungsi-fungsi yang disebutkan Coser itu tidak seberapa dibandingkan dengan ketidak-stabilan atau kehancuran yang disebabkan oleh konflik itu. [2]    




[1] Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern,Prestasi Pustaka, Jakarta, 2007, hlm. 82
[2] Bernard Raho, ibid, Teori Sosiologi Modern,Prestasi Pustaka, Jakarta, 2007, hlm. 83 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar