Teori
Konflik Lewis Coser
Lewis Coser |
Teori
konflik yang dikemukakan oleh Lewis Coser sering kali disebut teori
fungsionalisme konflik karena ia menekankan fungsi konflik bagi sistem sosila
atau masyarakat. Didalam bukunya yang berjudul The Functions of Social
Conflicts, Lewis Coser memusatkan perhatiannya pada fungsi-fungsi dari
konflik. Dari judul itu bisa dilihat
bahwa uraian Coser terhadap konflik bersifat fungsional dan terarah pada
pengintegrasian teori konflik dan teori fungsionalisme struktural. Tetapi
sebetulnya klaau ia mau konsekuen dengan usahanya itu maka ia juga harus
menguraikan akibat-akibat dari keteraturan (order) terhadap konflik atau
ketidak-seimbangan. Misalnya, penekanan terlalu bnyak terhadap peraturan bisa
menimbulkan ketidak-stabilan. Pemerintah yang totaliter, misalnya, sekalipun
menekankan peraturan yang ketat bisa menimbulkan ketidak-stabilan di dalam
masyarakat. Sayang, Lewes Coser tidak sempat mendalami itu.[1]
Salah
satu yang membedakan Coser dari pendukung teori konflik lainnya bahwa ia
menekankan pentingnya konflik untuk mempertahankan keutuhan kelompok. Pada hal
pendukung teori konflik lainnya memusatkan analisa mereka pada konflik sebagai
penyebab perubahan sosial. Luwes Coser menyebutkan beberapa fungsi dari
konflik, yakni:
v Konflik dapat memperkuat solidaritas kelompok yang agak longgar.
Pada masyarakat yang terancam disintegrasi, konflik dengan masyarakat lain bisa
menjadi kekutan yang mempersatukan.
Dalam hal ini, ia sebetulnya mengembagkan apa yang sudah dikatakan oleh Georg
Simmel sebelumnya. Misalnya negara Indonesia pada masa Soekarno dengan politik
“Ganyang Malaysia” atau penciptaan label-label pada masa Orba, seperti PKI,
Subversif, GPK.
v Konflik dengan kelompok lain dapat menghasilkan solidaritas didalam
kelompok tersebut dan solidaritas itu bisa menghantarkannya kepada
aliansi-aliansi dengan kelompok-kelompok lain. Konflik yang berkepanjangan
antara Israel dengan negara-negara Arab telah menyebabkan Israel menjalin
kerjasama yang begitu erat dengan Amerika Serikat. Bisa saja terjadi bahwa
kalau perdamaian jangka panjang antara negara-negara Arab tdan Israel tercapai,
maka ikatan antara Israel dan Amerika menajdi kendur.
v Konflik juga menyebabkan anggota-anggota masyarakat yang terisolir
menjadi berperan aktif. Misalnya, sesudah mahasiswa memprotes rezim orde baru
pada awal kehancurannya banyak orang tampil ke depan dan dianggap sebagai
pejuang reformasi. Tidak sedikit tokoh yang barang kali tidak dikenal
sebelumnya tetapi berperan aktif pada masa peralihan itu.
v Konflik juga bisa berfungsi untuk berkomunikasi. Sebelum
terjadinya, anggota-anggota masyarakat akan berkumpul dan merencanakan apa yang
akan dilakukan. Lewat tukar-menukar pikiran itu mereka bisa mendapat gambaran
yang lebih jelas akan apa yang harus dibuat entah untuk mengalahkanb lawan
ataupun untuk menciptakan perdamaian.
Secara teoritis fungsionalisme struktural dan teori konflik
kelihatan bisa diperdamaikan dengan menganalisa fungsi-fungsi konflik sebagai
mana diuraikan Lewis Coser ini. Tetapi harus diakaui bahwa dalam banyak hal,
konflik juga menghasilkan ketidak-berfungsian, atau disfungsi. Artinya,
fungsi-fungsi yang disebutkan Coser itu tidak seberapa dibandingkan dengan
ketidak-stabilan atau kehancuran yang disebabkan oleh konflik itu. [2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar