ABSTRAKSI
GAYA HIDUP KONSUMTIF PADA SANTRI PONDOK PESANTREN MODERN
Anugrah Romadhon
Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Gaya hidup konsumtif adalah pola hidup
seseorang dalam membeli barang-barang berlebih dan tidak dibutuhkan secara
terencana, hanya untuk memenuhi kepuasan dan kenyaman individu tersebut yang
dilakukan secara konsisten. Gaya hidup konsumtif banyak terjadi pada remaja,
tak terkecuali santri. Santri yang diharapkan mampu melakukan perubahan sosial
di kalangan masyarakat justru kurang mampu dalam menghadapi gaya hidup
konsumtif yang merupakan dampak negatif dari globalisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami
dan mendeskripsikan latar belakang, faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup
konsumtif dan solusi dalam menghadapi gaya hidup konsumtif pada santri pondok
pesantren modern. Informan utama dalam penelitian ini adalah remaja berusia
18-21 tahun, santri pondok pesantren modern dan memiliki pengeluaran lebih dari
Rp.500.000,00 perbulan. Metode pengambilan data yang dipakai dalam penelitian
ini adalah menggunakan kuesioner terbuka dan wawancara.
Hasil menunjukkan bahwa secara umum
keluarga sudah memberikan peran yang penting dalam mengajarkan pemahaman
tentang mengatur keuangan informan setiap bulan dengan mengajarkan cara
berhemat dan memberikan contoh langsung. Faktor yang mempengaruhi gaya hidup
konsumtif pada santri pondok pesantren modern adalah orang lain/lingkungan. Hal
ini juga berkaitan dengan usia santri yang tergolong remaja, yaitu 18-21 tahun
dimana masa remaja adalah masa pencarian identitas diri yang cenderung
mengikuti kelompok acuan remaja tersebut. Solusi dalam menghadapi gaya hidup
konsumtif pada santri pondok pesantren modern berasal dari tiga pihak yang
saling terkait, yaitu diri santri sendiri, keluarga dan pondok pesantren
modern.
Kata
kunci : gaya hidup konsumtif, remaja,
santri pondok pesantren modern
Pendahuluan
Dewasa ini telah banyak ditemukan corak
pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mencoba mengimbangi
tuntutan modernisasi dengan beragam pembenahan dengan membangun pondok
pesantren modern. Namun tak jarang pula karena kurang mampu dalam mengadopsi
modernisasi pendidikan dengan baik, maka hal tersebut dapat mengancam daya
saing dari peserta didik pondok pesantren modern. Misalnya saja fenomena yang
terjadi saat ini, yaitu gaya hidup konsumtif yang terjadi di kalangan santri.
Gaya hidup konsumtif tersebut dapat terlihat dari cara santri dalam memutuskan
barang-barang yang hendak dibeli, digunakan dan dikonsumsi baik pada saat di
dalam dan di luar komplek pondok pesantren modern.
Pondok pesantren modern diharapkan
mampu mengembangkan sistem belajar mengajar, kurikulum yang berlaku serta sikap
mental yang harus dimiliki oleh santri sesuai dengan kebutuhan dalam menghadapi
persaingan zaman saat ini. Para santri yang rata-rata berusia delapan belas
sampai dua puluh satu tahun sebagai generasi muda yang menimba pendidikan di
perguruan tinggi dapat menjadi agen perubahan sosial pada masa kini maupun di
masa mendatang.
Santri diharapkan mampu menuntut
ilmu agama dan umum guna meningkatkan kemampuan bersaing di era globalisasi
sesuai dengan tujuan didirikannya pondok pesantren modern. Kemudian santri juga
mampu melakukan perubahan sosial dan menularkan perilaku positif di kalangan
masyarakat dengan memberikan contoh yang baik dan membanggakan dari segi
akademik dan sosial kepada masyarakat.
Sebagaimana pendapat Yaqub (dalam
Diponegoro, 2005), yaitu melalui kapabilitas sebagai agen perubahan sosial,
santri dapat menularkan perilaku positif kepada masyarakat di sekelilingnya.
Jika dilihat dari usia para santri yang dapat dikatakan remaja, yakni usia
delapan belas sampai dua puluh satu tahun, merupakan masa pencarian identitas
diri. Di satu sisi remaja ingin diakui sebagai individu, sementara pada saat
yang sama remaja harus mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok
sebayanya.
Pada masa remaja cenderung loyal pada
kelompok acuan mereka, baik dalam menentukan pilihan atau pengambilan
keputusan. Fenomena-fenomena di atas mendorong peneliti untuk merumuskan
masalah yaitu bagaimana gaya hidup konsumtif pada santri pondok pesantren
modern. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang dan
faktor-faktor penyebab dari gaya hidup konsumtif pada santri serta solusi untuk
mengurangi perilaku konsumtif yang telah menjadi gaya hidup santri. Dengan
rumusan masalah tersebut penelitian ini memfokuskan tentang: Gaya Hidup
Konsumtif Pada Santri Pondok Pesantren Modern.
Nafisah (dalam Sugiyarto, dalam Yuliani,
2009) menyatakan bahwa gaya hidup konsumtif adalahkecenderungan seseorang
secara berlebihan dalam membeli sesuatu atau membeli secara tidak terencana.
Kemudian menurut Subandy (dalam Ramadhan, 2012), gaya hidup konsumtif merupakan
pola hidup untuk mengkonsumsi secara berlebihan barang-barang yang sebenarnya
kurang diperlukan untuk mencapai kepuasaan yang maksimal.
Dari beberapa pendapat yang telah
dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa gaya hidup konsumtif adalah pola
hidup seseorang dalam membeli barang-barang berlebih dan tidak dibutuhkan
secara tak terencana hanya untuk memenuhi kepuasan dan kenyaman individu
tersebut yang dilakukan secara konsisten.
Menurut Sarwono (dalam Sugiyarto, dalam
Yuliani, 2009) ada lima faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif, yaitu
minat, umur, status sosial, tingkat ekonomi dan adat istiadat. Pendapat dari
Suwanvijit (2009) pun tak jauh berbeda, yaitu karakteristik penting dari gaya
hidup adalah bahwa gaya hidup berasal dari personal melalui pembelajaran sosial
dan budaya dan mengidentifikasi demografi
konsumen (yaitu usia, pekerjaan), sebagai faktor-faktor personal yang
mempengaruhi gaya hidup konsumen.
Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup konsumtif adalah faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal meliputi minat dan usia. Faktor eksternal meliputi adat
istiadat, budaya, status sosial, tingkat ekonomi dan pekerjaan.
Santri yang dianggap sebagai agen
perubahan sosial dan diharapkan mampu melakukan perubahan-perubahan sosial yang
positif di masyarakat seperti yang diungkapkan oleh Yacub (dalam Diponegoro,
2005), pada kenyataannya justru kurang mampu dalam mengadopsi arus globalisasi yang
berdampak negatif yaitu santri terlihat kurang mampu dalam mengontrol gaya
hidup konsumtif.
Gaya hidup konsumtif pada santri pondok
pesantren modern dapat dikatakan dipengaruhi oleh usia para santri yang dapat
dikatakan remaja, yakni usia delapan belas sampai dua puluh satu tahun. Masa
remaja adalah masa pencarian identitas diri. Di satu sisi remaja ingin diakui
sebagai individu, sementara pada saat yang sama remaja harus mempertahankan
identitas dirinya terhadap kelompok sebayanya. Dalam masa ini, remaja cenderung
loyal pada referensi kelompok atau kelompok acuan mereka.
Munandar (dalam Meilaratri dan
Zulkarnain, 2004) menuturkan bahwa sifat-sifat remaja yang amat mudah terbujuk
iklan dan penjual, suka ikut-ikutan teman, tidak realistik dan cenderung boros
dalam menggunakan uangnya, serta senang mengikuti trend, dimanfaatkan oleh
sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja.
Namun jika dilihat dampak negatif
yang ditimbulkan dari gaya hidup konsumtif, maka kita akan melihat bahwa santri
sebagai agen perubahan sosial cenderung tidak berfokus pada tanggungjawab yang
sebenarnya. Rahardjo dan Saifullah (dalam Hanurawan, 2005) mengemukakan bahwa
dalam lingkungan pondok pesantren, secara umum para santri mempelajari banyak
ragam pengetahuan yang berhubungan dengan nilai-nilai agama yang bersifat
positif bagi kehidupannya, baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta, sesama
manusia,
maupun dengan alam lingkungannya. Nilai-nilai itu misalnya adalah sikap adil,
hemat dan tidak berlebihan, serta suka menolong sesama manusia. Sehingga
jelaslah bahwa gaya hidup konsumtif tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
diajarkan di dalam pondok pesantren modern yang didalamnya sangat memegang
teguh tentang ajaran agama Islam.
Metode
Penelitian
Informan dalam penelitian ini ditetapkan
berdasarkan remaja berusia 18-21 tahun, santri pondok pesantren modern dan
memiliki pengeluaran lebih dari Rp. 500.000,00 perbulan. Pada penelitian ini,
peneliti menambahkan informan pendukung, yaitu keluarga dari santri pondok
pesantren modern dan pengelola pondok pesantren modern yang terdiri dari dewan
pimpinan pondok pesantren modern dan dewan pembina yaitu ustadz kesantrian
pondok pesantren modern.
Metode pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah kualitatif yang diungkap dengan metode kuisioner terbuka dan
wawancara. Kuisioner terbuka dibuat berdasarkan tujuan dan pertanyaan
penelitian yang dibagikan kepada informan utama. Sedangkan wawancara pada
penelitian kali ini dilakukan kepada informan pendukung dengan tujuan untuk
menambah referensi dalam hasil penelitian, khususnya dari segi solusi yang
paling efektif untuk mengurangi gaya hidup konsumtif pada santri pondok
pesantren modern.
Hasil dan Pembahasan
Mengenai latar
belakang gaya hidup konsumtif pada santri pondok pesantren modern, berdasarkan
hasil penelitian menggunakan kuesioner diketahui prosentase tertinggi informan
untuk kebiasaan dalam keluarga informan ketika berbelanja adalah membeli sesuai
kebutuhan, yaitu sebesar 65,8%. Prosentase tertinggi peran keluarga dalam mengajarkan
pemahaman tentang mengatur keuangan informan setiap bulan prosentase tertinggi
adalah mengajarkan cara berhemat, yaitu sebesar 38,03%.
Melihat dari uraian tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa keluarga sudah memberikan peran yang penting dalam
mengajarkan pemahaman tentang mengatur keuangan informan setiap bulan dengan
mengajarkan cara berhemat dan memberikan contoh langsung seperti kebiasaan
membeli sesuai kebutuhan ketika berbelanja.
Kebiasaan dan peran keluarga dalam
mengajarkan pemahaman sosial tentang mengatur keuangan terhadap santri sangat
berpengaruh pada gaya hidup konsumtif pada santri. Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Suwanvijit (2009), yaitu karakteristik penting dari gaya
hidup adalah bahwa gaya hidup berasal dari personal melalui pembelajaran sosial
sebagai salah satu dari faktor-faktor personal yang mempengaruhi gaya hidup
konsumen.
Pembelajaran sosial tersebut mampu
didapatkan oleh santri dari ruang lingkup terkecil santri yaitu keluarga. Ketika keluarga mampu
memberikan
pembelajaran sosial yang baik, maka gaya hidup
konsumen, yaitu santri, dapat dikontrol dengan baik pula.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya
hidup konsumtif dapat dilihat dari hasil kuesioner yang menunjukkan
faktor-faktor yang menjadi pertimbangan informan sendiri ketika berbelanja
adalah faktor kebutuhan, yaitu sebesar 34%. orang yang paling berpengaruh pada
keputusan informan sendiri ketika berbelanja adalah orang sekitar/lingkungan,
yaitu sebesar 62,5%.
Melihat dari penjabaran di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif
pada santri pondok pesantren modern adalah orang lain/lingkungan. Hal ini juga
berkaitan dengan usia santri yang tergolong remaja, yaitu 18-21 tahun dimana
masa remaja adalah masa pencarian identitas diri. Di satu sisi remaja ingin
diakui sebagai individu, sementara pada saat yang sama remaja harus
mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok sebayanya.
Dalam masa ini, remaja cenderung loyal
pada referensi kelompok atau kelompok acuan mereka. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Sarwono (dalam Sugiyarto, dalam Yuliani, 2009)
dan Suwanvijit (2009) yang mengemukakan bahwa usia merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif. Usia santri yaitu 18-21 tahun
digolongkan pada masa remaja.
Menurut Ahava dan Palojoki (2004)
mengkonsumsi adalah fenomena sosial yang kompleks, khususnya pada remaja.
Remaja menyampaikan pesan-pesan melalui gaya konsumsi mereka. Pesan-pesan ini
menunjukkan komitmen pada grup (teman sebaya) yang berbeda, gaya hidup yang
berbeda dan aspek politik atau ekologi.
Melihat gaya hidup konsumtif pada
santri, maka perlu adanya solusi dalam menghadapi gaya hidup konsumtif pada
santri pondok pesantren modern. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
prosentase tertinggi untuk cara informan mengatur keuangan setiap bulan adalah
dengan berhemat, yaitu sebesar 20,5%. Selanjutnya prosentase tertinggi untuk
cara informan menyiasati pengaruh teman untuk mencegah perilaku boros adalah
dengan mengingatkan, yaitu sebesar 39,1%.
Melihat uraian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa solusi dari diri santri sendiri dalam menghadapi gaya hidup
konsumtif pada santri pondok pesantren modern adalah dengan cara berhemat.
Berhemat dapat dilakukan dengan cara membuat daftar belanja sebelum membeli
sehingga pengeluaran dapat terencana dengan baik setiap bulannya dan membeli
barang sesuai kebutuhan.
Kemudian cara menyisati pengaruh teman
untuk mencegah perilaku boros adalah dengan cara mengingatkan. Hal ini senada
dengan kesimpulan dari hasil wawancara kepada informan pendukung bahwa cara
yang seharusnya dilakukan oleh diri santri sendiri untuk mengurangi gaya hidup
konsumtif pada santri adalah belajar berhemat dan mengontrol keinginan. Belajar
berhemat dapat dilakukan dengan cara menabung, sedangkan mengontrol keinginan
dapat dilakukan dengan membeli sesuai dengan kebutuhan.
Solusi dari diri santri sendiri dalam
menghadapi gaya hidup konsumtif tak terlepas dari cara santri dalam menyiasati
pengaruh dari teman untuk mencegah perilaku boros dimana masa remaja merupakan
masa pencarian identitas diri dan remaja cenderung loyal pada teman
sebaya/kelompok mereka. Menurut santri, hal tersebut dapat disiasati dengan
cara mengingatkan. Santri juga dapat meningkatkan kegiatan positif seperti
ibadah dan belajar serta lebih peka terhadap lingkungan sekitar untuk menyisati
pengaruh dari teman.
Kemudian berdasarkan hasil penelitian
diketahui prosentase tertinggi untuk cara yang seharusnya dilakukan oleh
keluarga untuk mengurangi gaya hidup konsumtif pada santri adalah dengan
mengajarkan cara mengatur keuangan, yaitu sebesar 58,4%. Mengatur keuangan
meliputi mengirimkan uang sesuai kebutuhan, mengajarkan cara menabung,
mengurangi uang saku, mengajarkan cara mengatur keuangan, mengirimkan jatah
perbulan, menjadwal pengiriman uang, mengajarkan cara berhemat, membatasi uang
saku, mengajarkan kesederhanaan dan mengajarkan untuk bersedekah.
Selain itu penting pula adanya
pembatasan uang saku perbulan dan tidak memanjakan anak dengan memberikan semua
yang diinginkan. Keluarga berperan penting dalam memberikan solusi untuk
menghadapi gaya hidup konsumtif pada santri pondok
pesantren
modern.
Hal
ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suwanvijit (2009), yaitu
karakteristik penting dari gaya hidup adalah bahwa gaya hidup berasal dari
personal melalui pembelajaran sosial sebagai salah satu dari faktor-faktor
personal yang mempengaruhi gaya hidup konsumen. Pembelajaran sosial tersebut
mampu didapatkan oleh santri dari ruang lingkup terkecil santri yaitu keluarga.
Hal ini senada dengan pendapat Rahardjo
dan Saifullah (dalam Hanurawan, 2005) bahwa dalam lingkungan pondok pesantren,
secara umum santri banyak diajarkan ragam pengetahuan yang berhubungan dengan
nilai-nilai agama yang bersifat positif bagi kehidupannya, baik dalam hubungan
dengan Sang Pencipta, sesama manusia, maupun dengan alam lingkungannya.
Nilai-nilai itu misalnya adalah sikap adil, hemat dan tidak berlebihan, serta
suka menolong sesama manusia.
Namun diketahui bahwa prosentase
tertinggi untuk cara yang paling efektif dalam mengurangi gaya hidup konsumtif
pada santri adalah adanya manajemen diri, yaitu sebesar 39%. Manajemen diri
meliputi berhemat, membatasi perilaku jajan, melakukan aktifitas positif dan
membeli sesuai kebutuhan.
Kesimpulan
Mengenai latar belakang gaya hidup
konsumtif pada santri pondok pesantren modern, dapat disimpulkan bahwa keluarga
sudah memberikan peran yang penting dalam mengajarkan pemahaman tentang
mengatur keuangan informan setiap bulan dengan mengajarkan cara berhemat dan
memberikan contoh langsung seperti kebiasaan membeli sesuai kebutuhan ketika
berbelanja.
Faktor yang mempengaruhi gaya hidup
konsumtif pada santri pondok pesantren modern dipengaruhi oleh orang
lain/lingkungan. Hal ini juga berkaitan dengan usia santri yang tergolong
remaja, yaitu 18-21 tahun dimana masa remaja adalah masa pencarian identitas
diri yang cenderung loyal pada referensi kelompok atau kelompok acuan mereka.
Solusi dalam menghadapi gaya hidup
konsumtif pada santri pondok pesantren modern berasal dari tiga pihak yang
saling terkait, yaitu diri santri sendiri, keluarga dan pondok pesantren
modern. Namun solusi yang paling efektif untuk mengurangi gaya hidup konsumtif
pada
santri menurut santri sendiri adalah adanya manajemen diri. Manajemen diri
meliputi berhemat, membatasi perilaku jajan, melakukan aktifitas positif dan
membeli sesuai kebutuhan.
Saran
1.
Bagi informan penelitian (Santri pondok pesantren modern)
Informan penelitian diharapkan mampu
mengurangi gaya hidup konsumtif dan mulai berfokus pada peningkatan kualitas
diri dan mampu memberikan pengaruh positif kepada masyarakat. Cara untuk
mengurangi gaya hidup konsumtif dapat dilakukan dengan berhemat yang dilakukan
dengan cara membuat daftar belanja sebelum membeli sehingga pengeluaran dapat
terencana dengan baik setiap bulannya dan menabung. Selain berhemat, santri
dapat pula mengontrol keinginan dengan cara membeli barang sesuai kebutuhan.
Kemudian cara menyisati pengaruh teman untuk mencegah perilaku boros adalah
dengan cara mengingatkan, meningkatkan kegiatan positif seperti ibadah dan
belajar serta lebih peka terhadap lingkungan sekitar.
2.
Bagi orang tua (keluarga)
Orang tua dan keluarga diharapkan mampu
berperan serta dalam mengurangi gaya hidup konsumtif pada santri pondok
pesantren modern. Peran orang tua dan keluarga dapat dilakukan dengan cara
mengajarkan cara mengatur keuangan meliputi mengirimkan uang sesuai kebutuhan,
mengajarkan cara menabung, mengajarkan cara mengatur keuangan, mengirimkan
jatah perbulan, menjadwal pengiriman uang, mengajarkan cara berhemat, membatasi
uang saku, mengajarkan kesederhanaan dan mengajarkan untuk bersedekah.
3. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
sebagai tambahan informasi agar selanjutnya dapat meneliti gaya hidup konsumtif
pada seluruh santri pondok pesantren modern, mulai dari MTs sampai dengan
Perguruan Tinggi dan melihat faktor-faktor lain yang berpengaruh seperti adat
istiadat, status sosial dan status ekonomi dari santri.
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
GAYA
HIDUP KONSUMTIF PADA SANTRI PONDOK PESANTREN MODERN
No. Kuesioner :
Tanggal :
Responden Yth,
Terima kasih atas respon positif
yang diberikan dengan berkenan mengisi kuesioner yang saya bagikan. Kuesioner
ini semata-mata untuk kepentingan penelitian saya dalam penulisan tugas UAS
mata kuliah Sosiologi Pedesaan-Perkotaan. Silahkan menjawab sesuai dengan
pemahaman dan fakta Saudara/i.
A. Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
B. Untuk pertanyaan berikut, silahkan jawab yang dianggap paling
sesuai!
1.
Sebagai
santri, bagaimana cara anda memberikan contoh kepada lingkungan/masyarakat?
Jelaskan !

2.
Bagaimana
aktifitas anda dilingkungan pesantren? Jelaskan !

3.
Berapa
pengeluaran anda perbulan?
![]() |
4.
Bagaimana
cara anda memutuskan untuk membeli suatu barang yang hendak dibeli? Jelaskan !

5.
Apakah
anda mudah terbujuk oleh penjual dan iklan-iklan suatu produk? Jelaskan !

6.
Dalam
membeli suatu barang, apakah anda suka ikut-ikutan teman? Jelaskan !

7.
Apakah
orang terdekat/lingkungan mempengaruhi gaya hidup konsumtif anda? Jelaskan !

8.
Bagaimana
cara anda berhemat/ mengatur keuangan setiap bulannya?

9.
Apakah
keluarga/orang tua membatasi dalam memberikan uang setiap bulannya? Jelaskan !

10.
Apakah
keluarga mengajarkan anda cara mengatur keuangan? Jelaskan !

Tidak ada komentar:
Posting Komentar